6 Agustus, pukul 08.15 pagi. 63 tahun yang lalu. Kilatan cahaya sangat menyilaukan tiba-tiba menerangi langit. Dan sesaat kemudian sebuah asap cendawan raksasa memayungi Hiroshima. Seluruh bangunan, manusia, tumbuhan dan hewan di bawahnya, hancur seketika. Bom Atom pertama di dunia telah dijatuhkan di Horoshima.
Adalah presiden Amerika Serikat saat itu, Harry S. Truman yang memutuskan untuk menggunakan bom bertenaga atom untuk mengakhiri perlawanan Jepang. Sebuah keputusan yang telah merenggut ratusan ribu jiwa rakyat sipil Jepang. Namun juga adalah keputusan yang terbukti dapat mengakhiri Perang Dunia yang berlarut-larut dan menhindari korban lebih besar. Sebuah keputusan yang sesungguhnya juga tidak mudah, bahkan bagi seorang pemimpin sekelas Truman.
Ketika militer Amerika Serikat menyatakan mereka berhasil menciptakan Bom Atom, tidak semua orang mendukung penggunaan Bom Atom untuk mengakhiri perang. Bahkan ilmuwan Albert Einstein, Jenderal Dwight Eisenhower hingga Jenderal Douglas MacArthur pada waktu itu telah menyatakan bahwa Bom Atom tidak diperlukan untuk mengakhiri perang. Sehingga Presidan Truman dihadapkan pada pilihan yang berat, dengan konsekuensi yang sama berat nya. Namun toh keputusan harus dibuat. Sang pemimpin harus tegas membuat keputusan, apakah Bom Atom akan digunakan atau tidak. Dan Truman akhirnya membuat keputusan yang konon adalah sebuah keputusan yang paling berpengaruh di abad lalu.
Membuat keputusan adalah salah satu kualitas dari seorang Pemimpin. Seandainya kita dalam posisi Truman waktu itu, sanggupkah kita membuat keputusan?
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga harus selalu membuat keputusan, meskipun keputusan yang harus kita buat nilai penting nya jauh di bawah keputusan yang pernah dibuat oleh Presiden Truman. Terlebih dalam kehidupan para pemimpin dan pemilik bisnis. Keputusan penting yang dapat mempengaruhi keberlangsungan usaha setiap saat harus dibuat. Haruskah kita menjalankan program marketing yang mahal ini atau tidak? Haruskah karyawan yang bermasalah ini dipertahankan atau diberi kesempatan lagi? Haruskah kita meneruskan kerjasama dengan supplier ini atau mencari supplier baru? Dan banyak lagi keputusan yang harus dibuat dalam time-frame yang sangat singkat.
Menunda keputusan hampir dapat dipastikan malah akan menimbulkan masalah baru. Karena berikutnya akan mengantri masalah-masalah lain yang harus segera diputuskan.
Menjadi indecisive (sulit membuat keputusan) adalah penyakit yang dapat membahayakan diri Anda dan keseluruhan organisasi. Dan penyakit ini saya amati kadang demikian kronis pada diri seseorang. Anda dapat mengamati sikap indecisive ini dalam kehidupan sehari-hari. Jangankan untuk hal-hal sangat penting, untuk hal-hal sepele seperti memilih mau makan siang dimana, atau mau makan siang apa, bagi pribadi yang indecisive, bisa menjadi cerita yang panjang. Penyakit ini harus dicegah. Karena bisa kronis. Awalnya mungkin hanya indecisive dalam hal memilih menu makanan, memilih baju, atau mau pergi kemana akhir pekan nanti. Namun setelah menjadi kebiasaan, bisa-bisa kita akan selalu indecisive dalam banyak keputusan yang lebih penting.
Jika Anda memutuskan untuk menjadi Pemimpin. Maka Anda harus lebih mengasah diri Anda untuk menjadi pribadi yang decisive. Caranya? Nah, ini harus dilatih, secara terus menerus. Beberapa metode praktis yang saya gunakan adalah sebagai berikut:
Gunakan bahasa yang decisive
Apakah Anda termasuk orang yang sering menggunakan kata-kata “bagaimana lagi ...”, “terpaksa ...”, “sepertinya ...”, “mungkin ...” secara berlebihan dan tidak pada tempatnya?. Hati-hati, jangan-jangan Anda sedang mengekspresikan sesuatu yang indecisive. Misalnya ketika diundang di sebuah acara. Seringkali kita menjawab dengan “sepertinya saya tidak bisa datang ...”. Ini sebenarnya aneh. Kok sepertinya? Mengapa kita tidak memutuskan saja, bisa datang atau tidak. Jika bisa, akan datang jam berapa, dst. Jika tidak bisa, nyatakan saja tidak bisa. Atau dalam sebuah meeting, ketika akan menyampaikan saran, seringkali orang menyampaikan “mungkin ... saya ada sedikit saran.” Lho kok mungkin? Jadi mau menyampaikan saran atau tidak. Dulu saya punya seorang sopir yang tinggal di daerah yang setiap musim hujan selalu banjir. Dan setiap kebanjiran selalu mengeluh. Saya heran, dan bertanya mengapa dia tinggal disana. Jawabannya adalah “bagaimana lagi Pak ...” Lho, memangnya kita tidak bisa memutuskan untuk tetap tinggal atau pindah mencari tempat tinggal baru. Seorang teman pernah menyampaikan pada saya bahwa “sepertinya saya akan resign dari pekerjaan ...” Nah, kok sepertinya? Jadi mau resign atau tidak? Bagaimana seandainya Presiden Truman waktu diminta keputusan akan menggunakan Bom Atom atau tidak menjawab dengan “hmmm ... mungkin ...” Kira-kira bagaimana reaksi bawahannya?
Orang-orang yang decisive menggunakan bahasa yang mengekspresikan keputusan atau preferensi nya. Bukan bahasa yang mengambang dan ragu-ragu. Apa yang kita ucapkan dapat membentuk diri kita. Jadi mulai sekarang, perhatikan ucapan Anda, apakah decisive atau indecisive.
Dapatkan informasi yang lengkap
Seringkali penyebab kita sulit membuat keputusan adalah informasi yang tidak lengkap. Misalnya kita diundang ke sebuah acara, yang lokasinya kita tidak tahu dimana, atau waktu nya tidak jelas. Tentu akan sulit membuat keputusan. Atau kita diminta memutuskan untuk jadi membeli mobil atau tidak, sementara warna dan harga nya kita belum tahu, tentu sulit untuk memutuskan. Seorang yang decisive tidak akan membiarkan diri dalam ketidak tahuan informasi, namun berusaha mendapatkan informasi yang lebih lengkap, dan memutuskan berdasarkan informasi tersebut.
Seorang yang decisive akan menggali informasi lebih lengkap, misalnya: “Jam berapa acaranya, hari apa, dimana?” Dan memutuskan, misalnya: “OK kalau acaranya di Bandung Indah Plaza, hari Sabtu jam 12.00 saya bisa, saya akan datang.” Atau dalam hal membeli mobil misanya “Kalau ada yang warna nya hitam, dan harga nya bisa kurang dari 200 juta, saya beli”. Ketika akan memutuskan memberikan sanksi kepada karyawan yang bermasalah maka seorang yang decisive akan menggali informasi, kesalahan apa yang telah diperbuat, peraturan perusahaan mana yang dilanggar, sesuai ketentuan apa sanksi nya, dan memutuskan sanksi tanpa ragu.
Gunakan intuisi
Seringkali, meskipun informasi yang kita peroleh sudah cukup lengkap, kita masih ragu-ragu untuk memutuskan. Ini ibaratnya Anda harus memilih pasangan hidup yang sama baiknya, sama cantiknya, sama cerdasnya. Sudah di cek informasi bibit bebet bobot juga masih seimbang. Lalu bagaimana memutuskan? Ya gunakan saja intuisi. Apa kata hati Anda? Sayangnya intuisi tidak akan berkembang jika Anda tidak latih. Jadi harus sering digunakan. Percayalah, apapun keputusan yang Anda pilih nanti akan ada konsekuensi nya. Jadi percuma ada dalam posisi tidak memilih. Dengarkan intuisi Anda dan ambil keputusan, apapun konsekuensi nya ya nanti dihadapi saja.
Dalam kenyataanya di belakang hari kita akan sulit mengatakan apakah dulu kita membuat keputusan yang salah atau benar. Yang ada adalah bagaimana kita menghadapi konsekuensi dari keputusan kita. Contohnya ketika memutuskan resign dari pekerjaan dan memulai usaha sendiri, saya tidak melakukan kalkulasi berapa tabungan saya, bagaimana risiko usaha saya, dsb. Intuisi saya mengatakan saya harus resign hari itu, dan saya resign. Dan kemudian pada tahun pertama usaha saya nyaris kolaps. Saat itu tentu ada rasa sesal. Mengapa saya harus memutuskan resign, sehingga mengakibatkan saya kesulitan keuangan. Coba kalau tetap jadi karyawan tentu masih menikmati gaji dan hidup tenang. Apakah keputusan saya waktu itu salah? Saya tidak ada waktu untuk memikirkan apakah keputusan saya salah atau benar. Yang ada adalah mencurahkan pikiran dan tenaga supaya dapur keluarga tetap ngebul. Hingga usaha saya membaik dan membaik. Alhamdulillah hari ini saya tidak menyesal sudah membuat keputusan untuk memulai usaha sendiri.
Anda juga memutuskan untuk memulai menjadi orang yang decisive? Selamat mencoba 3 latihan di atas, dan nikmati konsekuensi keputusan Anda. Lagipula, Anda toh tidak sedang diminta memutuskan untuk menjatuhkan Bom Atom. (FR).
1 comment:
Good advice Sir!
That's very valuable, I like it! Thx!
Post a Comment