Thursday, October 25, 2007

Menikmati Perjalanan

Waktu lebaran kemarin saya mudik. Bersama istri dan kedua anak saya, kami menempuh lebih dari 10 jam perjalanan bermobil untuk menuju rumah orang tua saya. Banyak teman saya di Jakarta dan Bandung merasa heran dengan agenda tahunan saya ini. Apakah tidak buang-buang waktu dan tenaga? Kenapa tidak pakai pesawat terbang saja biar cepat?, atau kenapa tidak pulang kampung di hari lain saja?. Ya, saya mengerti, bagi mereka yang tidak pernah mengalami mudik memang yang terbayang adalah macet dan lelahnya perjalanan mudik. Namun buat saya perjalanan mudik itu begitu indah dan menyenangkan. Karena saya menikmati perjalanannya. Jika Anda tidak bisa menikmati perjalanannya, maka perjalanan apapun akan terasa berat.

Perjalanan mudik bahkan kadang saya analogikan seperti perjalanan menuju tujuan yang kita cita-citakan. Dalam perjalanan mudik kita sering melewati jalur-jalur yang tidak mudah dilalui, kemacetan luar biasa, tanjakan yang padat merayap, hujan deras, jalan longsor, belum kalau ban bocor, ditabrak motor dari belakang, air radiator tiba-tiba habis, anak nangis terus, anak pipis di mobil, dan sebagainya. Tidak kita kehendaki memang, namun peristiwa-peristiwa tadi adalah hal-hal yang kemudian terjadi, dan mau tidak mau kita nikmati. Peristiwa-peristiwa tadi adalah asam-garamnya perjalanan yang justru menambah indahnya perjalanan.

Anda mungkin pernah menonton film "Click" (2006). Di film tersebut tokoh utama yang dibintangi komedian luar biasa Adam Sandler, memiliki "universal remote control" yang dapat digunakan untuk mengendalikan peristiwa di sekitarnya. Persis menggunakan remote control di DVD player, Michael Newman yang diperankan Adam Sandler bisa dengan mudah menghentikan, memundurkan, dan memajukan segala peristiwa disekitarnya. Jadilah Michael yang tidak sabar untuk menjadi CEO di perusahaan tempatnya bekerja keasyikan mempercepat peristiwa-peristiwa yang semestinya terjadi tapi tidak ingin dialami. Namun, sekalipun kemudian berhasil menjadi CEO, ternyata Michael mendapati ujung kehidupannya penuh kehampaan dan penyesalan. Ia kehilangan moment-moment penting yang seharusnya dialaminya. Ia tidak ada ketika anjing kesayanganya mati, tidak hadir ketika ayahnya meninggal, dan mendapati hubungan dengan istri nya berakhir dengan perceraian, dan anak-anak yang lebih dekat dengan suami baru istri nya. Michael mencoba mencapai tujuan dengan melewati prosesnya. Dan ternyata dia kehilangan begitu banyak hal yang memang hanya akan diperoleh jika ia mau menikmati prosesnya, bukan sekedar hasil akhirnya. Michael mencoba untuk menghindari perjalanan, namun ternyata justru peristiwa-peristiwa dalam perjalanan yang membuat hasil akhir menjadi indah.

Demikian juga banyak teman saya, sesama pemilik bisnis baru, yang sering mengeluhkan betapa berat perjalanan menjadi pengusaha. Mulai dari keluhan bahwa ternyata untuk menjadi pengusaha harus bekerja lebih keras dan lebih sibuk dibanding saat menjadi pegawai, kehabisan cash untuk gaji karyawan hingga susu anak sendiri tidak terbeli, kartu kredit yang dulu waktu jadi karyawan tdk pernah dipakai kini mentok semua, hingga cicilan mobil dan rumah sudah jatuh tempo sementara cash-inflow dari bisnis tidak ada. Padahal mimpi sudah ditulis besar-besar: Punya asset senilai 11 digit pada tahun sekian. Yang tak kunjung tercapai. Sementara istri mulai complaint karena kebutuhan rumah tangga ternyata tidak bisa dipenuhi dengan selembar "daftar impian", foto Mercy dua pintu impian, dan gambar rumah mewah impian. Seandainya ada "universal remote control" seperti yang dimiliki Adam Sandler, pasti enak sekali bisa menekan tombol Fast-Forward untuk melewati berbagai peristiwa saat ini yang terasa begitu berat. Tinggal klik, beres. Langsung nyampai target 11 digitnya, ditambah Mercy plus rumah mewah. Sayangnya remote control tadi cuma ada di film. Dan lagipula, Anda pasti tidak mau kehilangan moment-moment perjalanan yang sesungguhnya bisa begitu indah tadi.

Percayalah, semua pengusaha pernah mengalami bagian perjalanan yang berat tadi. Anda bisa baca di semua biografi pengusaha sukses. Bahkan hingga sudah mencapai sukses luar biasa pun, tantangan demi tantangan berat masih terjadi. Dan moment-moment tadi akan terasa indah ketika Anda menghadapi dan berhasil melampauinya. Tidak akan pernah menjadi moment yang indah ketika Anda memutuskan untuk lari, menyerah atau berhenti. Ibarat perjalanan mudik yang terkendala jalanan yang macet. Puas rasanya ketika mencoba jalur alternative dan berhasil sampai di tujuan lebih cepat. Namun Anda tidak akan menikmati kepuasan tadi jika memutuskan untuk berputar arah dan kembali pulang, hanya karena satu kemacetan.

Bagi saya, memutuskan untuk menjalankan bisnis sendiri adalah seperti memulai sebuah perjalanan. Di tengah jalan tentu banyak peristiwa yang terjadi, ada kejutan-kejutan, ada tujuan yang berhasil tercapai, ada yang tidak, ada peristiwa yang tidak saya kehendaki namun ternyata positif buat bisnis saya, ada juga yang negatif.Tapi ya dinikmati saja. Seperti menikmati perjalanan mudik. Rangkul dan akrabi penderitaan, kalau kata Om Bob Sadino. Ojo gumunan (jangan mudah terkejut oleh peristiwa baru), kalau kata Pak Harto dulu. (hehehe … kok sedikit gak nyambung ya?) Peristiwa yang positif buat bisnis, sudah tentu kita syukuri dan rayakan. Yang negatif, ya kita cari jalan keluarnya, dan nanti ketika berhasil mengatasinya, kita syukuri dan rayakan juga. Kalau gak berhasil mengatasi?, tetep kita syukuri pengalamannya. Jadi apapun peristiwanya, bersyukur dan nikmati terus. InsyaAllah perjalanan panjang tidak terasa, dan ternyata kita sudah sampai tujuan. (FR).

3 comments:

Yusef J. Hilmi said...

Mas... Tulisan sampeyan itu ibarat angin sepoy-sepoy menyejukkan orang-orang yang lelah, letih dan stres menghadapi kesulitan, kegagalan dan stress dalam usaha maupun hidupnya...
Salam kangen.

Yusef JH.

Rayanti said...

Hi ji,

Good point. Selamat Tahun Baru 2008. Semoga semuanya lancar.

Ranti

HADI KUNTORO said...

Pak Fauzi..saya saat ini sedang ada di detik2 untuk perjalanan yang akan terasa sangat panjang yakni saya memutuskan beberapa saat lagi untuk resign..dan saat ini saya banyak menggali tulisan2 anda..
Mohon untuk ikut memantau perjalanan saya ya..kadangkala ternyata saya masih disergap oleh rasa ketakutan...
Terima Kasih...