Monday, December 04, 2006

Chatting imaginer dengan Aa

BUZZ!
Aa_online : Assalamualaikum …
f_rachmanto : Waalaikumsalaam …
f_rachmanto : Aa .. lama gak online nih, … kemana aja ?
Aa_online : Ah … Aa mah disini aja, Kang Oji kumaha damang?
f_rachmanto : Baik A, kumaha bulan madu? :-)
Aa_online : Ah, eta deuy, eta deuy … hehehe …
f_rachmanto : Sori A, habis kaget nih Aa nikah lagi
Aa_online : Aduh kenapa atuh musti kaget segala. Kan berpoligami teh diijinkan Allah.
f_rachmanto : Diijinkan lho A, bukan diwajibkan
Aa_online : Betul. Hukumnya sunnah.
f_rachmanto : Kenapa sih A, nikah lagi?
Aa_online : Aduuh ini lagi pertanyaanya … Kumaha nya ngajawabnya?
f_rachmanto : Apa ada yg kurang dari Teteh?
Aa_online : Wah, insyaAllah bukan karena itu, Teteh itu wanita yang sangat luar biasa.
f_rachmanto : Jadi kenapa?
Aa_online : Begini, pernikahan Aa yang kedua ini latar belakangnya ya sama saja dengan alasan orang lain menikah. Kang Oji dulu kenapa menikah?
f_rachmanto : Mmmm … Karena saya dan istri saling cinta, dan pengen hidup bareng membangun keluarga yang sakinah?
Aa_online : Begitu juga Aa dengan pernikahan kedua ini.
f_rachmanto : Tapi Aa kan bisa menyakiti hati Teteh. Apalagi anak-anak Aa. Anak mana sih yang rela Ayahnya nikah lagi.
Aa_online : Yah, saya juga katakan ini bukan keputusan mudah. Saya mohon maaf sama Teteh dan anak-anak saya, jika keputusan ini tidak enak buat mereka. Namun saya juga berharap ini bisa jadi hikmah bagi mereka untuk melatih keikhlasan mereka. Dan alhamdulillah Teteh dan anak-anak dapat menerima …
f_rachmanto : Maaf nih A, kok tega menyakiti hati orang yang kita cintai?
Aa_online : Sudah tentu saya tidak tega, tapi …
f_rachmanto : Kalau tidak tega kenapa tetap dilaksanakan?
Aa_online : Begini, karena ada tujuan yang menurut Aa insyaAllah baik. Dan Aa yakin keluarga Aa akan dapat ikhlas menerima keputusan Aa.
f_rachmanto : Maaf A, apakah ini untuk kepuasan seks?
Aa_online : Semua pernikahan bukan nya selalu ada aspek seks? Namun seks tentu bukan satu2 nya aspek dan bukan yang paling utama.
Aa_online : Salah satu hikmah pernikahan adalah untuk mencegah manusia dari kerusakan akibat perilaku seks seperti binatang. Kang Oji bisa lihat perilaku saudara-saudara kita dewasa ini yang lama-lama menganggap seks diluar nikah bukan hal terlarang. Ini harus diluruskan …
f_rachmanto : Dengan poligami?
f_rachmanto : Bukan kah nanti jadi nya poligami iya, zina jalan terus …
Aa_online : Yah kalo masalah zina mah, kalo moral orangnya sudah mengizinkan zina ya bagaimana ya? Tapi ada pandangan juga nih. Barangkali masyarakat kita sekarang juga yang mengkondisikan perzinahan.
f_rachmanto : Maksud Aa?
Aa_online : Yah, masyarakat sekarang kan semakin permisif terhadap hubungan laki-laki dan perempuan, semakin menganggap lembaga keluarga tidak penting, menganggap lembaga pernikahan tidak penting. Sementara namanya dorongan hubungan seks adalah sesuatu yang alamiah dan pasti terjadi. Paham maksud Aa?
f_rachmanto : Rada ngantuk sih A, tapi paham lah.
f_rachmanto : Ya jujur aja sih, kalau sekarang kita denger sepasang laki-laki perempuan tinggal bersama tanpa menikah dianggap semakin biasa.
Aa_online : Padahal dulu enggak
f_rachmanto : Ya … dulu nya itu tabu.
Aa_online : Demikian pula poligami
f_rachmanto : Halahh … belok nya jago bener :-)
Aa_online : Hehehe bukan begitu. Ini kenyataan. Coba kita perhatikan dalam sejarah. Orang jaman dulu mempraktekkan poligami. Bahkan kalau tingkatannya raja atau bangsawan, istrinya bisa ratusan …
f_rachmanto : Dulu dianggap biasa, sekarang dianggap tabu.
Aa_online : Betul
f_rachmanto : Itukan dulu Aa
Aa_online : Betul, maksud Aa cuma ingin kasih gambaran bahwa pandangan masyarakat bisa berubah.
f_rachmanto : Tapi Aa, kenapa kita selalu melupakan konteks “adil” dalam ketentuan berpoligami.
f_rachmanto : Maksud saya, kalau istri pertama sampai merasa tidak ridha saja kan sudah tidak adil. Saya pernah baca sih, ada beberapa istri yang dari awal ikhlas suami nya menikah lagi, bahkan membantu mencarikan istri baru. Tapi kan angkanya sangat sedikit. Artinya, poligami baru bisa dilaksanakan dalam kondisi yang hampir mustahil.
Aa_online : Tapi mungkin
f_rachmanto : Ya …
Aa_online : Apa tidak mungkin ada istri yang ikhlas suaminya menikah lagi karena sesuatu hal, katakan yang sifatnya darurat?
f_rachmanto : Ya mungkin saja, tapi kecil …
Aa_online : Tetap saja mungkin.
Aa_online : Dan hukum agama dimaksudkan untuk memberi jalan keluar bagi hal yang mungkin tadi.
f_rachmanto : OK Aa, saya tidak pernah mempertanyakan legalitas berpoligami. Tertulis dalam teks dengan sangat jelas itu diperbolehkan.
f_rachmanto : Tapi bukankah sesuatu yang boleh belum tentu baik.
Aa_online : Misalnya …
f_rachmanto : Misalnya saya membeli mobil mewah sementara saudara-saudara saya ada yang putus sekolah karena kurang biaya, terjepit hutang, atau bahkan kelaparan ..
f_rachmanto : Beli mobil pake uang saya sendiri, halal, ya boleh dong. Tapi tidak baik saya lakukan karena akan menyakiti hati saudara-saudara saya …
Aa_online : Membeli mobil tadi “tidak baik” ukuran nya apa? Dibandingkan dengan apa?
f_rachmanto : Dibanding dengan misalnya menyedekahkan uang saya tadi …
Aa_online : Setuju. Nah, kalau dibanding dengan menggunakan uang tadi untuk berjudi di kasino?
f_rachmanto : Ya lebih baik beli mobil.
Aa_online : Sangat relatif ya?
f_rachmanto : Hmm … ya.
Aa_online : Jadi itu semua akan sangat subyektif, dan sangat tergantung konteks. Tidak bisa dihakimi secara hitam-putih begitu saja. Dari satu kasus dengan kasus lain akan berbeda.
Aa_online : Poligami itu seperti pintu darurat di sebuah pesawat. Boleh digunakan, kalau memang keadaan mengharuskan. Tapi juga jangan digunakan kalau pesawatnya baik-baik saja. Jadi harus tahu ilmunya.
f_rachmanto : Hehehe … memang pernikahan Aa sama Teteh tidak baik2 saja ..
Aa_online : Tuh kan … kalo ini mah jadi ngegosip …
f_rachmanto : Iya sori Aa, becanda. Thanks penjelasannya.
f_rachmanto : BTW ini lagi online di Daarut Tauhid A?
Aa_online : Daarut Tauhid?
f_rachmanto : Lho? Ini Aa Gym kan?
Aa_online : Aduh Ji! Ini saya mah Aa Gino, temen kerja kamu dulu …
f_rachmanto : Astaghafirullah … kirain dari tadi tuh Aa Gym …

Monday, November 20, 2006

The Emperor's coming here?

Jaman dahulu kala, nun jauh di galaksi. Seluruh penjuru galaksi telah jatuh kecengkeraman Emperor Palpatine. Namun, sekalipun stabilitas galaksi relatif terjaga berkat politik tangan besi yang dijalankan oleh Darth Vader tangan kanan sang Emperor, sekelompok pemberontak masih saja menyebarkan teror disana-sini. Dan untuk menumpas habis teroris pemberontak, sang Emperor pun memerintahkan pembangunan stasiun angkasa pemusnah, Death Star, yang jauh lebih besar dari Death Star pertama yang pernah dihancurkan pemberontak. Pembangunan Death Star kedua pun dikebut, begitu seriusnya, bahkan sang Emperor sendiri direncanakan datang ke lokasi. Persiapan pun dilakukan dengan begitu serius untuk menyambut kedatangan sang Emperor. Pasukan clone berbaris rapih, bersenjata lengkap, dengan diinspeksi langsung oleh sang komandan tertinggi Darth Vader. Ketakutan terlihat mencekam para komandan lapangan, seolah tidak ingin terjadi kesalahan sekecil apapun yang dapat membuyarkan acara kunjungan sang Emperor. Adegan yang saya ingat adalah dialog komandan Death Star dengan Darth Vader:

The Emperor's coming here?
That is correct, Commander, and he is most displeased with your apparent lack of progress.
We shall double our efforts.
I hope so, Commander, for your sake. The Emperor is not as forgiving as I am.


Saya menjadi teringat adegan dalam film Star Wars episode VI diatas ketika menyaksikan persiapan penyambutan kedatangan George W. Bush. Saya bahkan membayangkan George Bush akan datang memakai jubah dan tudung kepala a la Emperor Palpatine, karena tanpa make up pun kebetulan tampangnya mirip! Bukan cuma tampangnya, kelakuan Bush pun buat saya banyak kemiripan dengan Emperor Palpatine. Kalau Emperor Palpatine punya proyek Death Star, Emperor Bush punya proyek “War Against Terror“ (WAT). Seperti halnya Death Star yang mampu meluluh-lantak kan satu planet merdeka yang menolak bergabung dengan sang Emperor. War Against Terror juga mampu menaklukkan suatu negara bebas, menggulingkan kepala negara yang sah, membubarkan birokarasi dan sistem keamanan, dan menciptakan kekacauan dan pembunuhan sipil. Bahkan Bush dan Emperor, keduanya menggunakan bahasa yang sama: “You're either with us or against us!” Kalau gak ngedukung berarti ngelawan.

Kalau kita ikuti episode-episode prequel Star Wars, Palpatine sebelum menjadi emperor digambarkan penuh kelicikan. Berpura-pura lemah, membuat drama penyerangan dan penculikan, sebelum akhirnya punya alasan menyerang balik seluruh pihak yang berseberangan dengan legitimasi yang akhirnya memungkinkan Palpatine menjadi penguasa tunggal. Termasuk memusnahkan para Jedi, pengawal republic yang loyal. Ini mengingatkan saya pada “prequel” yang mendahului War Against Terror. Semula Bush bukanlah apa-apa. Banyak yang setuju Bush adalah produk kecelakaan berdemokrasi. Sering salah ngomong, Bush waktu itu sering digambarkan sebagai Presiden AS yang lemah, bodoh, dan menang dengan sedikit keberuntungan karena adanya kontroversi penghitungan suara. Namun kemudian datanglah peristiwa 9/11 yang memberi segala alasan bagi Bush untuk tampil dan menggelar proyek WAT. Dan kisah selanjutnya kita ketahui bersama. Dua negara diserbu. Dua pemerintahan ditumbangkan. Pendudukan militer yang berkepanjangan. Wilayah konflik baru. Menjamurnya para teroris amatir yang tak terorganisasi. Bush makin populer dan terpilih lagi. Dan dunia yang semakin tidak aman.

Tentu ada perbedaan antara Bush dan Emperor Palpatine. Jika segala tindakan Emperor dilatarbelakangi oleh “the dark-side of the force”. Sementara menurut Bush, seperti dalam sebuah pernyataan yg dilansir BBC, bilang: “I'm driven with a mission from God”. Karena dari Tuhan, misi Bush begitu mulia: menumbangkan tiran, menumpas teroris langsung ke sarangnya, memerdekakan wanita Afghan dari burqa, menghabiskan stok senjata dan bom untuk menghidupkan industri senjata, memberikan mega proyek buat perusahaan2 raksasa AS yang menyokongnya, dan memberi akses baru kepada sumber minyak. Ah, tapi itu kan kata teori konspirasi?

Yang bukan teori konspirasi mungkin adalah hitung2 an biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah AS. Dari anggaran sekitar US$ 200 milyar, melihat kekacauan di Irak yang tak kunjung usai, banyak yang memperkirakan biaya pendudukan akan mencapai US$ 500 - 600 milyar, ini ditambah biaya tak langsung, misalnya untuk tunjangan prajurit yang cacat, maka angka US$ 1 trilyun bahkan akan terlewati. Satu trilyun dolar dan apa yang kita dapat? Sebagai wirausaha di bidang IT saya langsung ngebayangin, kalau dibeliin PC harga 100 - 200 dollar-an, seluruh penduduk dimuka bumi dari bayi yang baru lahir sampai Aki-Nini dapet satu orang satu! Atau kalau dijadikan modal buat bank semacam Garmeen Bank, penduduk miskin diseluruh dunia akan lebih diberdayakan. Dan kalau itu yang dilakukan, Bush kalau mau diberi hadiah Nobel setiap tahun, sepuluh tahun berturut-turut, kita semua akan dukung.

Yang lebih memprihatinkan adalah berita kutipan NY Times 11 Oktober 2006 di bawah ini:
BAGHDAD, Oct. 10 — A team of American and Iraqi public health researchers has estimated that 600,000 civilians have died in violence across Iraq since the 2003 American invasion, the highest estimate ever for the toll of the war here.
600,000 nyawa! Untuk apa? Anak-anak yang mati atau menjadi cacat itu bahkan kenal Bush pun tidak. Belum termasuk nyawa 3000 an prajurit Amerika sendiri. Dan ribuan lain di Afghanistan. Barangkali Bush juga sependapat dengan kata2 Stalin (yang kalau gak kumisan mirip Palpatine juga!): “Death of an individual is a tragedy; the death of a million is a statistic”.

Apapun, Bush bukanlah Emperor Palpatine. Kekuasaanya sebagai eksekutif kini serba terbatas, dan dalam dua tahun toh akan barakhir. Setuju tidak setuju dia ingin mampir. Tentu kita juga berhak menunjukkan kesukaan (atau ketidak sukaan kita). Toh Bush di demo bukan cuma disini. Kemanapun pergi, hampir selalu Presiden AS kini disambut demo. Proyek War Against Terror nya ternyata telah melahirkan generasi-generasi baru pembenci Amerika Serikat. Bahkan mungkin dalam skala yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Seperti halnya proyek Death Star sang Emperor yang malah melahirkan pemberontak semacam Luke Skywalker, yang kelak menumbangkannya.

Dan entah apa yang besok akan dibisikkan Bush ke telinga pemimpin kita. Saya kok masih kebayang Bush pake jubah dan tudung kepala, dan berbisik dengan suara parau: “Do not under estimate the power of the dark side of the force...”.

Wednesday, November 08, 2006

Cracked Clark

Beberapa hari yang lalu saya “nyasar” ke bekas pangkalan militer Amerika Serikat airport Clark, sekitar 80 km dari Manila. Sebetulnya saya bermaksud mampir ke Manila sebelum pindah pesawat ke Singapore setelah menghadiri suatu konferensi di Cebu, namun berhubung yang bisa saya booking lewat internet adalah “budget airlines” yang tidak lewat Manila, jadilah terdampar di Clark. Meskipun fisik bangunan nya masih sangat bergaya militer, Clark kini sudah menjadi lapangan terbang sipil. Tapi rupanya kejadian tadi ada hikmahnya juga. Melihat-lihat fisik landasan dan bangunan airport Clark, saya jadi teringat perang Vietnam. Clark sejak tahun 60-an adalah pangkalan utama Amerika di asia tenggara yang menjadi tulang-punggung dalam operasi penyerbuan AS ke Vietnam.

Pada waktu itu pemerintah Amerika Serikat sangat berkepentingan untuk menjadikan Filipina menjadi “etelase demokrasi” di Asia Tenggara. Apalagi mereka sudah gagal di Vietnam. Entah sudah berapa milyar dollar dihamburkan oleh pemerintah AS untuk Filipina. Demi untuk menunjukkan kepada negara-negara di kawasan ini, bahwa menjadi sekutu AS adalah pilihan terbaik. Tidak hanya membangun pangkalan militer Angkatan Laut di Subic dan Angkatan Udara di Clark, AS juga membentuk negara tetangga kita tersebut menjadi “mini AS” lengkap dengan demokrasi ala Amerika. Dan sudah barang tentu, gaya hidup Amerika.

Namun sejarah membuktikan, kehadiran AS di Asia Tenggara lebih banyak membawa mudharat daripada manfaat. Selain menyebarkan kebinasaan kepada rakyat Vietnam melalui dua pangkalan tersebut, kehadiran tentara AS turut berperan merubah wajah masyarakat Filipina. Yang paling menonjol misalnya adalah industri pemuas syahwat yang menjamur disekitar dua pangkalan tersebut. Kota Angels yang berdekatan dengan Clark misalnya, dipenuhi dengan bar, kasino dan pelacuran untuk menyalurkan nafsu tentara AS. Di airport Clark, selebaran dan iklan untuk menawarkan bar dan kasino hingga kemarin masih sangat terlihat. Seolah tidak ada pilihan bagi Clark dan kota Angels, selain mengembangkan ekonomi melalui industri hiburan. Subic pun tidak jauh beda, bahkan konon lebih parah lagi karena tentara US Navy yang lebih banyak melaut, konon lebih haus akan hiburan. Dan setelah menerapkan seluruh resep dari guru nya AS, apakah kini Filipina berhasil menjadi negara yang maju? Dari penilaian sekilas selama disana, saya berkesimpulan bahwa secara ekonomi dan sosial pencapaian mereka masih dibawah bangsa kita.

Dengan segala keperkasaannya tersebut, pada waktu itu tidak terbayang jika suatu saat AS harus angkat kaki dari dua pangkalan strategisnya tadi. Protes negara-negara ASEAN ataupun dari negara besar disekitarnya seperti RRC dan Russia dianggap angin lalu. Namun toh akhirnya pangkalan kebanggaan AS dan Filipina tadi pada tahun 1991 harus gulung tikar. Dan siapakah yang mampu membuat sang adidaya tersebut angkat kaki? Tahun 1991, gunung berapi Pinatubo yang terletak tidak jauh dari Clark menggeliat bangkit dari tidur panjangnya selama 500 tahun. Pada waktu itu, serangkaian ledakan Pinatubo yang bahkan disebut-sebut termasuk paling dahsyat setelah Krakatau telah menghembuskan awan abu seluas asia tenggara dan banjir lava yang menghancurkan seluruh sarana dan infrastruktur yang dilewati. Termasuk beberapa bagian utama pangkalan Clark dan kota Angels. Beberapa hari sebelum ledakan terbesar Pinatubo terjadi, AS pun akhirnya memutuskan untuk menutup pangkalan Clark untuk selama-lamanya. Kemarin dari udara saya bahkan masih bisa melihat dengan jelas bekas-bekas kedahsyatan ledakan Pinatubo dan jalur banjir lava yang diciptakannya. Dan melihat sisa-sisa daya rusaknya, tidak heran militer AS memutuskan hengkang dari Filipina. Rupanya, dihadapkan pada kekuatan alam yang dahsyat, si negara superpower harus mengakui siapakah Sang Adi Daya yang sesungguhnya. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. (fr)

Wednesday, November 01, 2006

Mudik

Kemarin setelah Lebaran, saya mudik – Pulang ke “udik”. Atau lebih tepatnya pulang kampung. Saya pernah berdialog panjang soal mudik ini dengan teman saya yang tidak memiliki budaya mudik. Mengapa harus mudik? Mengapa harus waktu lebaran? Bagi yang tidak memiliki budaya mudik, mengherankan memang, mengingat begitu susah nya prosesi mudik yang harus dijalani oleh jutaan manusia di Indonesia setiap tahun nya. Tidak terhitung berapa jumlah rupiah yang harus dikeluarkan demi mudik, sekian hari waktu yang harus disediakan untuk mudik, bahkan korban jiwa yang setiap tahun terus bertambah. Tapi mudik buat banyak orang, termasuk saya, itu harus.

Mudik bagi kami para perantau adalah saat untuk kembali kepada asal-usul kami. Setelah sekian waktu berusaha untuk mewujudkan cita-cita, bekerja keras dan membuat pencapaian, maka sungguh tenang dan nikmat untuk sejenak berada pada titik nol. Titik dimana dulu kita memulai segala sesuatu. Apalagi di titik nol tadi kita akan dikelilingi oleh orang-orang yang kita cintai. Yang selalu mencintai dan mendukung kita di titik manapun kita berada. Maka kembali pada titik nol tadi InsyaAllah akan memberikan energi yang luar biasa untuk kembali menjalani aktivitas di tempat kita berkarya. Simbol dari titik nol tadi buat saya adalah saat saya dan seluruh keluarga berkumpul di rumah orang tua kami, dan bersimpuh dihadapan mereka yang dulu telah melahirkan dan membesarkan kita. Sehebat apapun pencapaian kita, dihadapan Ibu yang melahirkan dan mengasuh kita, dan Ayah yang dulu berjuang mencukupi nafkah kita, kita kembali menjadi nol. Kosong.

Mudik memang melelahkan. Dari “arus mudik” hingga “arus balik” sungguh merupakan perjuangan yang berat. Melewati kepadatan dan kemacetan lalu-lintas yang demikian luar biasa butuh kesabaran dan ketenangan tersendiri. Mudik ke Jawa Tengah, buat saya mirip Pilgrimage nya Paulo Coelho. Berat untuk dilalui namun sarat akan makna. Yang utama buat saya adalah kebersamaan bersama anak2 dan istri saya. Selama sekitar 12 jam bersama-sama di dalam kendaraan merupakan moment yang tidak pernah bisa tergantikan. Buat kami, bersama-sama dalam kendaraan, mendiskusikan peta dan nama tempat, memperdebatkan tempat berhenti, permainan dan pembicaraan untuk mengusir kebosanan, adalah moment2 yang selalu kami nantikan dan rindukan setiap tahun nya.

Hebat nya lagi, mudik yang kita alami setiap tahun, selalu memberikan sesuatu yang berbeda. Bagi orang yang tidak memiliki budaya mudik, kadang mereka bertanya apakah tidak bosan dari tahun ke tahun begitu2 saja? Sesungguhnya tidak begitu2 saja. Kalau buat saya, selalu ada yang baru. Misalnya untuk tahun ini, entah apa maksud Tuhan, saya banyak bertemu dan dihubungi kembali oleh teman2 lama. Teman2 masa kecil hingga SMA yang pernah berbagi suka dan duka sewaktu saya belum meninggalkan kampung. Bayangkan, saya sudah tidak berhubungan lagi dengan beberapa teman SMA selama 18 tahun, dan kemarin tiba2 saja dengan mudah kami dapat saling berhubungan kembali. Saya yakin hal2 seperti itu tidak ada yang kebetulan, dan pasti ada himkah nya.

Selain menyambungkan kembali tali silaturahmi, mudik buat saya adalah semacam “pilgrimage” yang mencerahkan dan memperkaya batin. Mudik memberikan makna bagi kehidupan banyak orang. Banyak orang2 yang bekerja keras selama 11 bulan dengan satu alasan, mencari bekal buat mudik kelak. Ini sekaligus memberikan satu hikmah, bagaimana seharusnya kita hidup di “perantauan dunia” ini. Yaitu demi mencari bekal untuk “mudik besar” kita nanti.

Monday, October 16, 2006

Jojon

Akhir-akhir ini saya sering memperhatikan beberapa acara guyon di beberapa saluran TV Indonesia. Salah satu wajah yang sering muncul adalah superstar lawak Indonesia: Jojon. Atau mungkin lebih tepatnya saya menyebut Pak Jojon, megingat usia beliau yang tentu tidak muda lagi. Masih dengan gaya nya yang khas: kumis ala Charlie Chaplin, dan celana kebesaran yang diangkat sampai perut. Dan tentu masih lucu.

Saya tak habis pikir. Jojon hadir menghibur kita sejak saya masih SD hingga sekarang anak2 saya sudah SD. Jojon waktu itu ngetop setelah masa Bagyo cs. Salah satu superstar lawak yang lain. Bahkan sempat kedua group melakukan "duel meet" dengan tampil sepanggung. Pada masa jayanya, Jojon cs sangat ditunggu-tunggu kemunculannya di layar TVRI, satu-satunya saluran waktu itu. Bagaikan hidangan istimewa, oleh TVRI waktu itu biasanya Jojon cs juga dihadirkan pada saat2 istimewa, misalnya pada saat "panggung lebaran". Salah satu celetukan khas yang waktu itu sangat diingat oleh pemirsa adalah bagaimana Jojon dan Cahyono saling memanggil.

Yang diperlihatkan Jojon adalah persistensi dan dedikasi pada pekerjaan yang demikian luar biasa. Di usia nya yang tidak muda lagi, energi nya dalam bekerja sulit ditandingi yuniornya. Pada masa ramadhan saja, saya perhatikan Jojon tampil live di dua saluran yang berbeda, menjelang buka dan menjelang sahur. Jojon yang saya saksikan sekarang, masih sama seperti Jojon dulu yang tampil apa ada nya sebagai pelawak yang sadar akan tugas nya untuk melucu. Termasuk dengan trik-trik "pelecehan" fisik yang dilakukan yunior nya kepada Jojon.

Ini berbeda dengan beberapa pelawak generasi sekarang yang ketika sudah berhasil eksis tak mau lagi disebut pelawak. Malah ada yang barangkali risih dengan sebutan pelawak, menamakan diri sebagai "pengusaha tawa". Terbuai dengan gaya "profesional" semu, dengan kerumitan kantor2an, sekretaris, tim manajemen dan sebagainya. Pelawak yang mustinya melawak tadi malah akhirnya terjebak dalam atribut2 eksekutif, dengan berjas-berdasi selalu tampil bak eksekutif perusahaan. Dan malah tidak lucu lagi. Mungkin lupa dengan kerja kreatif yang harus dilakukan: melawak. Padahal pelawak adalah profesi sebagaimana profesi lain seperti dokter, insinyur atau pengacara. Tugasnya pun jelas: menghadirkan kelucuan bagi konsumen nya.

Dalam keseharian kita pun sering menyaksikan bagaimana kita tidak profesional dengan melupakan profesi kita sebenarnya. Olahragawan yang maunya diperlakukan seperti artis sinetron. Karyawan yang bersikap seperti owner perusahaan. Guru yang lebih senang jualan buku. Dokter yang ngomongnya jadi mirip lawyer. Pejabat pemerintah yang lebih mirip pengusaha. Anggota DPR yang maunya kerja nya mirip eksekutif. dll. Kepada Jojon mereka seharusnya berguru tentang persistensi dan dedikasi kepada pekerjaan.(fr)

Sunday, October 15, 2006

Briatore

Kalau Anda mengikuti balapan F1 pasti kenal dengan sosok flamboyan ini. Selain terkenal dalam keahlian nya mengencani para supermodel kelas dunia, Briatore dikenal sebagai team principal yang sukses mencetak juara dunia. Setelah dulu berhasil mengantarkan sang legenda Michael Schumacher menjadi WDC dua kali berturut-turut saat masih di tim Benetton sebelum akhirnya pindah ke Ferrari, tahun lalu Briatore kembali melambungkan Fernando Alonso menjadi WDC termuda, dan seperti sejarah yang seolah berulang, besar kemungkinan tahun ini Alonso akan memperoleh gelar WDC kedua sebelum pindah ke tim yang lebih kaya, McLaren, tahun depan.

Yang unik dari pribadi Briatore adalah latar belakngnya yang jauh dari dunia balapan, tidak seperti pesaing-pesaingnya seperti Jean Todt (Ferrari) atau Ron Dennis (McLaren) yang sejak awal karirnya memang di balapan. Briatore yang pernah menjadi pelayan ini adalah bekas orang susah yang akhirnya sukses menjadi pengusaha. Ini yang menjadikan Briatore lebih memiliki sisi seorang manager dibanding yang lain. Ditangan Briatore, team Renault pun dikenal sebagai tim yang relatif paling irit dibanding tim lain. Teknisi senior di Renault, atau bahkan pembalapnya digaji jauh lebih rendah dibanding tim-tim pemboros seperti Ferrari, McLaren, Honda atau Toyota. Jika dilihat dari hasil yang diperoleh Renault, dapat kita lihat betapa efisien nya Briatore. Keberanian dan kejelian nya untuk menggunakan pembalap muda juga tergolong nekat. Jika tim lain rela merogoh belasan juta dollar per tahun untuk membajak pembalap yang terbukti sudah jadi, Briatore lebih memilih pembalap muda untuk diorbitkan. Untuk menggantikan Alonso misalnya, Briatore memilih mengajak juara GP2 Heikki Kovailanen yang baru pertama kali membalap di F1 tahun depan.

Tidak seperti principal yang lain yang periuk nasi nya mengandalkan balapan. Selain di F1, Briatore juga sukses dengan bisnis nya menjalankan jaringan klub "Billionaire". Kegilaan dan komitmen nya pada pekerjaan membuat saya berpikir bahwa motivasi dibelakang Briatore adalah uang. Namun saya salah, orang seperti Briatore rupanya sudah tidak memikirkan uang lagi. Seperti yang pernah diungkapkan dalam sebuah wawancara, bagi Briatore, yang penting adalah kepuasan untuk berhasil melaksanakan pekerjaan nya itu sendiri. Bukan uang. Menurut Briatore, uang akan mengikuti dengan sendirinya. Ini berbeda dengan masa-masa dia menjadi pelayan dulu dimana hanya uang yang ia pikirkan.

Ada tiga pelajaran yang saya petik dari sosok Briatore. Pertama, Anda tidak perlu takut dengan kotak-kotak yang diciptakan lingkungan. Dunia sekarang adalah dunia yang rajin membuat kategori, sekat dan stempel. Namun Briatore memberi contoh. Jangan terlalu kaku, terobos saja sekat-sekat nya, dan lakukan yang Anda percaya. Banyak yang awalnya memberi stempel Briatore marketing-guy Benetton, bukan orang balapan. Atau dia lebih cocok ada di "kotak" pengusaha restoran. Ngapain ngurusin balapan. Namun waktu membuktikan, para "darah biru" F1 pun mengakui kepiawaian bekas pelayan restoran ini.

Kedua, sikap untuk fokus pada kualitas pekerjaan, dan bukan hasil akhir berupa uang, merupakan sikap khas orang-orang berhasil. Orang-orang semacam Briatore selalu fokus pada apa yang sedang dikerjakan saat ini dengan tingkat kesempurnaan yang tinggi, untuk memastikan apa yang dia kerjakan saat itu terlaksana dengan baik. Dan mereka percaya keberhasilan yang sering diukur dengan uang hanya masalah waktu. Orang-orang dengan karakter seperti ini adalah mereka yang pelan-pelan membangun prestasi di sekitarnya, dan menjadi semakin besar.

Pelajaran ketiga, kalau Anda sukses seperti Briatore, biarpun sudah "aki-aki", masih saja diuber supermodel :-) (FR)

Wednesday, October 11, 2006

November 1997

Senin 27 Oktober
Jam 14.00 siang. "Kita berhasil nih Fred!" Sudargo tertawa terbahak2 dibalik meja besarnya. "Bos besar kasih 50 juta dolar lewat sindikasi 5 bank. Biar gak BMPK!". Dihisapnya cerutu besarnya sambil menatap Fredy tajam2. "Kayanya mereka2 baru dapet dana likuiditas dari BI. Jadi Selamet nih perusahaan kita!". Sudargo tertawa lagi sambil menghembuskan asap cerutu. Fredy masih terdiam sedikit bingung. Sejujurnya dia muak dengan lelaki di depannya, di otaknya masih menggantung segudang masalah keuangan perusahaannya akibat ulah Sudargo selama ini. "Lu jangan bengong gitu! Legalitas udah beres. Pengikatan notariil diberesin tadi pagi. Bank kita jadi Lead Arranger jadi gampang. Lu siapin aja escrow account di Bank kita. Notice of drowdown juga udah gue teken sekalian tadi pagi. Lusa dana keluar." Sudargo nyrocos tanpa henti. "Kamis gue mau langsung TT in ke rekening kita di singapur aja lah." Fredy mengangguk pelan. "Sono Lu kerjain. Jangan lupa bawa specimen tandatangan gw. Cuma gue yang boleh keluarin duit!" Fredy berdiri dan keluar dari ruangan Sudargo.

Selasa 28 Oktober
Jam 09.00 pagi. Fredy baru menyalakan komputernya. Ruangan di kantor nya di kawasan bergengsi itu selalu rapi. Sebagai MBA alumni perguruan tinggi terkenal di Australia, di usia nya yang ke 32 tahun dia cukup beruntung sudah menduduki posisi Manager keuangan di perusahaan properti ternama, milik group usaha ternama, yang bahkan memiliki Bank yang cukup disegani. Meskipun lebih muda dari dirinya, Sudargo yang juga keponakan owner group usaha itu adalah direktur dan atasan langsungnya. Fredy teringat pagi itu dia harus segera ke Bank menyerahkan spesimen tandatangan dan copy identitas Sudargo. Fredy bergegas memanggil sekretarisnya untuk menyiapkan berkas2 perusahaan, dan langsung meluncur ke Bank.

Rabu 29 Oktober
Jam 21.30. Fredy baru memarkir mobilnya di garasi rumahnya di daerah Bekasi. Komplek perumahan yang ditempatinya dikembangkan oleh perusahaan tempat dia bekerja. Sebetulnya ini adalah rumah stock perusahannya yang tidak laku dan akhirnya dijual paksa ke para manager dengan memotong gaji. Fredy tinggal sendirian. Hanya ada pembantu yang pulang hari untuk bebersih. Baru 2 tahun Fredy tinggal di Jakarta. Setamat kuliah, dia sempat tinggal di Singapura untuk mendirikan perusahaan IT kecil-kecilan bersama paman nya, AsiaTech Solutions. Sayang pamannya sudah meninggal, sehingga Fredy memilih kembali ke Jakarta. Fredy hendak mengunci gerbang rumahnya, ketika Udin satpam perumahan lewat dengan sepeda nya. "Malem bos. Lembur terus nih. Eh, KTP Bekasi bos yg kemaren saya titipin ke Bibi udah keterima?". "Udah Din. Makasih" Jawab Fredy tersenyum. "Saya yang makasih Bos. Tips nya lumayan." Si Uding nyengir "Eh, saya juga baru tau nama bos aslinya Sudargo".

Kamis 30 Oktober
Jam 10.30 pagi. Fredy baru tiba di ruang kerjanya setelah menyelesaikan urusan pribadi di biro perjalanan langganan. Suasana kantor terlihat aneh. Karyawan bergerombol dan saling berbisik. Sekretaris nya tampak panik. Tiba2 sekretarisnya masuk tanpa permisi. "Pak kata sekretaris nya Pak Sudargo tidak bisa dihubungi, Hape nya tidak aktif! Kata sopirnya di rumahnya juga tidak ada Pak! Kata pembantu nya Tadi malam beliau pergi tiba-tiba" Fredy hanya tersenyum santai, "Oh, mungkin ada keperluan penting sama Bos besar" SMS masuk, nomor tidak dikenal, bunyinya "Fred, ada masalah penting, saya dan bos besar keluar negeri, tahan dulu semua transaksi - S". Fredy terdiam.

Jumat 31 Oktober
Jam 09.30 pagi. Bank itu terlihat sibuk seperti biasa. Fredy menyerahkan PO pengambilan rekening dollar dan instruksi transfer ke teller. "TT ya Pak, ke Singapura?. Mmm .. saya cek dulu ya Pak" Fredy mengangguk. Teller melakukan pemeriksaan rekening dan spesimen tandatangan. "OK Pak, dijalankan hari ini ya? O ya ini nama penerimanya AsiaTech Solutions ya pak? Nomor rekening sudah betul Pak?". Fredy mengangguk.

Sabtu 1 November
Jam 17.00 sore. Fredy duduk santai di apartemen nya di Orange Regency, Singapura. Dibuka laptopnya, dial-up, segera tersambung ke internet. Dilihatnya Berita.com. Berita pertama, pemerintah membekukan 16 Bank. Bank milik Bos besar nampak dalam daftar. Berita selanjutnya, bos-bos konglomerat diberitakan kabur ke luar negeri. Nama bos besar dan Sudargo, ada dalam daftar. Ditulisnya email ke kekasihnya yang tinggal di Perancis "Jemput aku Selasa pagi 4 November di Charles de Gaule airport. Kita akan menikah di Swiss".(fr)

Monday, October 09, 2006

Hari Terakhir

Pria itu menatap layar televisi yang menyiarkan kejadian terakhir di AS. Pemerintah darurat yang terbukti tidak efektif telah dibubarkan, konggres sudah lama bubar, dan bendera kebangsaan sedang diturunkan. Negara2 bagian sudah memutuskan untuk berdiri sendiri, dan masing2 sibuk mengklaim penguasaan atas sumber-daya sisa2 kebesaran AS. Perang saudara diambang pintu, terutama antar negara yang menguasai peralatan militer, termasuk senjata nuklir. Sudah hampir satu tahun kerusuhan dan penjarahan terjadi diseluruh AS, sejak nilai tukar Dollar AS mencapai titik 0. Tidak lebih berharga dari kertas toilet. Dan sejak perusahaan2 besar di AS mengalami kebangkrutan besar yang tidak dapat ditolong lagi yang memicu gelombang pengangguran yang terbesar dalam sejarah.

Pria itu menghela nafas panjang dan menghirup kopi nya. Semoga tidak terjadi perang dan korban jiwa lebih banyak. Dirinya teringat, betapa ide yang semula dianggap mengada2 kini telah mengubah sejarah. Ingatan nya kembali beberapa tahun silam, tentang diskusi nya dengan beberapa rekan dalam berbagai milis bahwa keruntuhan AS nantinya, bukan disebabkan oleh terorisme, tapi dari sistem moneter nya yang dari awal salah. Pria itu selalu mengungkapkan bahwa Dollar AS adalah sesuatu yang tidak real, karena nilai nya hanya ditopang oleh “persepsi” pengguna nya. USD juga tidak kebal terhadap penurunan persepsi atas nilai, dan secara teoritis sangat mungkin untuk tidak memiliki nilai lagi bagi pengguna nya.

Beberapa teman nya yang kini menjadi pakar di berbagai lembaga mulai mengadopsi ide yang dianggap konyol tadi. Dan entah bagaimana, tidak berapa lama di kalangan diplomatik ide tadi menjelma menjadi wacana untuk melepaskan dunia dari ketergantungan moneter terhadap USD. Pada masa itu AS mencapai puncak dominasi nya di dunia, dan dengan mudahnya menguasai wilayah2 kaya minyak di timur-tengah baik secara langsung mau pun tidak langsung. Karena sudah tidak memiliki lawan, isu sentral yang diusung untuk pembenaran kehadiran AS pada waktu itu adalah islamist terrorism.

Akhirnya setelah 2 tahun hanya menjadi wacana, OPEC yang mulai terganggu dengan dominasi AS di kawasan kaya minyak mulai mengadopsi paham baru “non-USD trade mechanism”. Perdagangan minyak tanpa USD. Sebagai gantinya OPEC membuat satuan mata uang yang berbasis cadangan minyak sebagai “jaminan”, yang disebut OBC (oil backed currency). Langkah ini segera menjadi angin segar bagi Euro yang semakin loyo. Negara2 Eropa pun akhirnya hanya menerima Euro sebagai alat transaksi. Satu tahun berjalan, trend “no USD” makin menguat. Negara2 Asia timur dengan dimotori China dan Jepang membentuk mata uang bersama “Asia”. Perdagangan intra kawasan praktis sudah tidak menggunakan USD lagi. Penurunan nilai tukar USD yang terus menerus telah memicu spekulan untuk menghabisi USD tanpa ampun. Pada tahun ke-3 sejak OBC diperkenalkan, akhirnya sistem moneter AS runtuh. Tidak ada lagi yang mau menerima USD diseluruh dunia, termasuk di AS. Perusahaan2 besar di AS sudah kesulitan sejak setahun terakhir satu demi satu dipailitkan. Pengangguran dimana2, dan AS terancam kekacauan besar.

Kepanikan akhirnya melanda pemerintah AS. Ancaman kekuatan militer pun tidak dapat digunakan lagi, karena kini AS menghadapi seluruh dunia. Puncaknya, kerusuhan di dalam negeri akhirnya membuat AS harus menarik angkatan bersenjatanya kembali pulang. Di dalam negeri public AS berulangkali menjatuhkan pemimpin nya, hingga akhirnya negara2 bagian memutuskan pemisahan diri.

Dan kini, negara yang dulu begitu berkuasa itu benar2 secara resmi dibubarkan. Pria itu berulang mengganti saluran berita di televisi nya. Berita yang sama. Direguknya lagi kopi pahitnya. Ada sedikit kesedihan di hati nya, mengingat korban yang mungkin timbul, dan kekacauan yang lebih luas. Ah, aku hanya orang sederhana nun jauh di Bandung sini. Apakah betul “kepak sayap kupu2” di Bandung sini dapat menjadikan angin topan di ujung dunia sana. Dibuka nya laptop nya, dibacanya kembali blog nya lima tahun lalu, tentang Hari Terakhir sebuah negara besar bernama Amerika Serikat. (fr)

Bubur Merah Putih

Beberapa waktu yang lalu saya secara tidak sengaja mendengar obrolan segerombolan manusia di lift. Inti nya, caci maki dan sumpah serapah kepada Ibu Pertiwi Indonesia. Dari pakaian nya, cara ngomongnya yang ¼ Inggris dan ¾ Bahasa Indonesia, kesimpulan saya mereka cukup terpelajar, mungkin pernah sekolah atau tinggal diluar negeri, atau paling tidak sering ke luar negeri. Karena dikit2 ada ucapan, “gak kaya disono ..” Saya pengen ngomong banyak sama mereka, tapi keburu keluar lift. Ini yang ingin saya ungkapkan:

Saya sendiri gak sering2 amat keluar negeri, dan asli orang kampung. Waktu lahir dan dikasih nama, orang tua saya membuat bubur merah-putih. Saya juga ingat, dulu Ayah saya mengikatkan kain merah-putih di palang kayu penyangga atap rumah. Entah apa maksudnya, tapi ini barangkali yang membuat saya memiliki pandangan yang sungguh berbeda.

Indonesia sebagai negara memang sedang menghadapi banyak masalah. Tapi bukankah kita harusnya menjadi bagian dari solusi masalah yang sedang kita hadapi, dan bukan sekedar berkoar2 mencaci maki? Kalau merasa republik ini korup, mulailah dari diri kita untuk tidak korup, dan jangan segan menolak korupsi. Kalau merasa disini banyak pengangguran, ya bantulah ciptakan lapangan kerja, bukan mengemis kerjaan. Kalau merasa disini lalu-lintas semrawut, ya ayo mulai tertib dari diri kita sendiri. Kalau menurut kita pemerintahan dan lembaga perwakilan nya masih “geblek” ya pilihlah orang2 terbaik dalam pemilu. Atau, Anda sendiri merasa cukup hebat, ya majulah jadi politikus.

Saya masih memiliki mimpi bahwa suatu saat kita akan keluar dari kesulitan dan menang. Ini bangsa besar dan hebat. Setiap mendengar orang mencaci-maki republik ini, saya teringat leluhur saya yang banyak menderita dijaman clash ke II dengan Belanda. Namun penderitaan mereka, dan jutaan lagi relawan yang telah berkorban nyawa dan harta demi berdiri nya negara republik Indonesia ini, seolah tidak ada artinya bagi para pecundang yang cuma bisa ternganga2 pencapaian orang lain dan lantas menghina bangsa sendiri. Anda bisa tebak jaman leluhur2 kita berjuang untuk merdeka dulu orang2 model begini pada kemana. Barangkali sekarangpun kalo kita dijajah lagi, pasti mereka akan duluan menyeberang jadi orang2nya penjajah. Lha wong enak, jadi budak nya negara maju yg dikagumi. Itulah mental inlander, kalo dengan orang asing dan yang serba asing, akan „munduk-munduk“, kalo sama orang sendiri akan merendahkan.

Saya tidak anti-barat, timur, negara besar atau apapun. Saya bekerja sama juga dengan banyak perusahaan dari US, UK, Australia, dan semuanya baik2 saja. Saya paham sepenuhnya kita hidup dalam komunitas global. Tentu saja saya juga senang mengkonsumsi makanan, pakaian, buku, karya seni, musik dsb karya dari negara lain. Saya juga kagum dengan kemajuan2 yang lebih dahulu dicapai negara lain. Namun kekaguman2 tadi tidak membuat saya merasa perlu untuk merendahkan diri sendiri. Saya juga tidak dalam posisi pro-pemerintah. Sejak jaman mahasiswa dulu hingga kini, saya juga senang dengan satire, kritikan, atau bahkan ledekan atas kerja pemerintahan negara kita yang memang sering tidak bagus. Tapi tidak dengan semangat merendahkan orang lain ataupun diri sendiri.

Saya juga sepakat banyak sekali yang harus dibenahi. Tapi kalau Anda cinta, Anda akan berusaha membenahi, bukan mencaci. Kalau cat rumah atau rumput di halaman Anda kalah dengan rumah tetangga, ya mari kita cat dan tanam rumput baru, bukan kagum2 melulu sama rumah orang lain. Atau Anda pikir pemerintah ataupun undang2 kita perlu diganti? Ganti lah melalu koridor demokrasi yang sudah kita sepakati.

Tapi kalau ternyata Anda bener2 sudah gak suka dengan negara sendiri, ya gak usah dipaksain. Saran saya juga jangan juga main cela. Nanti Anda yang makan hati. Kalau mau, ya sana “resign” saja sebagai warga negara Indonesia. Silakan apply jadi WN di tempat yang Anda kagumi, dan good luck. Siapa tau Anda jadi orang hebat disana. Banyak kok, teman saya yang tujuan hidupnya adalah memiliki status permanent resident di negeri orang. Atau kalau mau jalur cepat, minta dikawinin aja sama orang asing dan dibawa kesana. Itu satu pilihan hidup yang saya hormati juga. Setelah itu Anda akan tenang dan bebas merdeka tidak perlu memikirkan masalah2 Republik Indonesia lagi. Bagaimana kalau banyak yang mau pindah? Ya tidak apa2. Gak usah dihalangi, itu hak mereka. Anggaplah seleksi alam.

Kalau saya? Saya lebih suka disini. Dan bersama orang2 yang tersisa dan masih satu mimpi, kelak akan menjadikan negara ini besar dan hebat. Kalau saya belum bisa juga, akan saya wariskan semangat ini ke anak2 saya. Siapa tahu Anda kelak terkagum2 dengan negara kami (fr)

Tuesday, September 26, 2006

Kacamata

Kalau dunia sekitar Anda selalu terlihat buram.
Coba periksa mata Anda, mungkin Anda perlu kacamata baru.

Hampir tiap hari saya mendengar orang mengeluhkan "dunia" mereka yang terlihat buram. Atau mengeluhkan orang lain, atau pihak lain, yang selalu dalam posisi salah. Padahal kalau dipikir2 kesimpulan apakah dunia ini buram atau cerah, apakah orang lain salah atau tidak, ada ditangan kita sendiri.

Saya pernah bertemu dengan seorang eksekutif sebuah perusahaan besar. Pagi2 beliau sudah bersembunyi di balik meja besar nya. Di meja nya setumpuk koran selesai dibaca nya pagi itu. Kalimat2 yang menyembur dari mulutnya adalah, kecaman2 kepada pemerintah, korupsi, kriminalitas, anak buahnya yang tidak sesuai keinginan nya, dan ekonomi dunia dan nasional yang tidak kondusif, dan sebagainya. Sedikit2 Beliau mengatakan "lihat saja di koran pak!". Seolah2 Bapak tadi hidup di "alam koran" yang bertumpuk di meja nya.

Sementara banyak kompetitor perusahaan beliau dengan sigap menangkap peluang2 dibalik krisis. Beliau memilih duduk menyalahkan keadaan. Bagi beliau, semua orang salah. Pemerintah salah, anak buahnya salah, ekonomi nasional salah, ekonomi dunia apalagi. Saya pun buru2 pergi, karena saya tahu, di mata beliau, saya pun salah.

Thursday, September 21, 2006

Memaafkan

Hari2 ini inbox SMS saya penuh dengan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa dan ucapan "MOHON MAAF". Nanti, biasanya menjelang dan sesudah lebaran juga demikian. Inti pesan2 tadi adalah baik, yaitu ajakan untuk saling MEMAAFKAN. Namun, bisakah kita saling memaafkan sebatas ucapan, atau sebatas pesan SMS?

Memaafkan sesungguhnya tidak sekedar ucapan. Namun pekerjaan hati yang tulus ikhlas, dan terwujud dalam pikiran dan tindakan kita. Memaafkan umumnya dikaitkan dengan "kesalahan masa lalu" yang pernah orang lain lakukan kepada kita. Ataupun memaafkan diri kita atas kesalahan yang pernah kita lakukan. Banyak diantara kita yang tidak mudah memaafkan. Bahkan banyak orang yang tidak mau memaafkan hingga mati, atau malah lebih parah lagi "tiada maaf bagimu" nya diwariskan kepada keturunan nya. Inginkah Anda memaafkan? baik kesalahan orang lain dan kesalahan diri kita sendiri? Berikut beberapa tips:

1. Memaafkan adalah suatu pilihan. Keputusan yang Anda sendiri buat, tidak tergantung pra kondisi di luar Anda. Kita boleh memilih, akan terus membawa beban kesalahan masa lalu, atau ingin meringankan diri kita dari beban tadi dengan memaafkan.

2. Coba definisikan kembali makna dari "kesalahan" di masa lalu itu. Jadilah pengamat netral. Gunakan pendekatan untuk tidak menghakimi baik-buruk suatu peristiwa. Baik-buruk, benar-salah, adalah kacamata subyektif manusia yang penuh keterbatasan. Kita tidak pernah tau gambaran utuh suatu puzzle dengan hanya melihat kepingan nya. Grand design peristiwa kita belum lah selesai. Bisa jadi "kesalahan" yang pernah kita perbuat atau diperbuat orang lain kepada kita, membawa hikmah positif dalam hidup kita.

3. Hiduplah di masa kini. Be present. Sebagian besar "persoalan manusia" adalah karena dua hal: mengkhawatirkan masa depan atau menyesali masa lalu. Masa lalu sudah lewat. Itu sudah terjadi. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu. Menyesali, meratapi, menangisi, hanya menyakiti kita, namun tidak mengubah apa2. Ambil pelajaran dari kejadian yang sudah lalu, namun jangan pernah meratapi nya berkepanjangan.

4. Renungkan bahwa setiap orang memiliki sisi baik. Tidak ada orang yang 100% baik atau 100% buruk, termasuk diri kita. Jadi berhentilah memberi stempel baik buruk terhadap orang lain. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Sebagaimana semua orang pasti pernah melakukan kebaikan.

5. Niatkan untuk memperbaiki masa depan. Jika Anda ingin berjalan ke depan lebih ringan, tanpa beban. Buang beban nya dengan memaafkan, dan perbaiki hubungan2 Anda dengan orang2 yang melakukan "kesalahan". Termasuk dengan diri Anda sendiri.

6. Rasakan nikmatnya MAAF. Ingatlah kembali rasa nya ketika Anda pernah dimaafkan. Dan rasakan kembali nikmat yang sama ketika Anda memaafkan. Perasaan memaafkan dan dimaafkan itu nikmat dan melegakan. Anda berhak merasakan nya.

7. Jadikan habit. Milikilah habit untuk memaafkan, dalam kualitas yang mendalam: diucapkan lisan kepada orang yang kita maafkan, dirasakan dalam hati, dan diwujudkan dalam tindakan.

Semoga bermanfaat. (fr)

Uang. Lagi2 Uang.

Banyak diantara kita, setiap hari hanya memikirkan masalah: UANG. Entah itu bagaimana mencari uang, merasa tidak punya uang, punya hutang uang, dan sebagainya. Bahkan banyak diantara kita memikirkan “persoalan” uang sejak bangun tidur hingga tidur lagi, malah mungkin dalam mimpinya pun masih memikirkan uang. Suatu kondisi mental yang dapat digambarkan sebagai men-dewa kan UANG. Kalau saya di depan Anda mengatakan "mau UANG?", sambil mengibas2kan segepok seratus ribuan, pasti Anda deg2 an sambil mata Anda melirik UANG di tangan saya.

Namun pernahkah kita sedikit berpikir apakah sesungguhnya uang itu? Kalau dilihat dari sejarahnya, pada mula nya uang adalah alat bantu untuk memudahkan manusia melakukan pertukaran barang dan jasa. Ingat, awalnya manusia hanya mengenal system barter. Kambing ditukar beras, alat pertanian ditukar tembikar, dst. Ketidakpraktisan ini kemudian dipecahkan dengan menggunakan alat tukar yang dianggap memiliki nilai, yaitu dengan keping logam emas atau perak. 2 keping emas dapat ditukar 1 domba ataupun 1 pikul beras. Inipun kemudian dianggap masih kurang praktis. Lahir lah ide membuat sebuar rumah “penitipan” keping emas atau perak tadi, dan kemudian rumah penitipan (bank house) tadi mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa sipembawa surat memiliki emas atau perak sebesar yang tertera dalam surat tadi. Praktis, tidak perlu bawa2 emas dan perak, cukup bayar pakai kertas (bank notes). Dan kalau perlu “cash”, kertas tadi bisa ditukar kembali ke bank.

Sistem ini berjalan cukup lama, dan tidak ada persoalan besar, karena nilai yang tertera dalam kertas sama dengan nilai deposit emas. Bank central pun disebut “Reserve” karena menjadi tempat penyimpanan akhir deposit emas di seluruh negeri. Sampai disini masih OK, karena apa yang tertera dalam bank notes (uang) “dijamin” emas/ perak yang diwakili nya.

Namun apa yg terjadi berikutnya? Kita ambil contoh mata UANG yang paling di-dewa kan di dunia. US Dollar. Sekelompok orang kreatif (atau serakah ya?) di Amerika Serikat mendirikan Federal Reserve. Ada yang aneh dari nama the Fed ini:
- meski pakai nama “Federal”, ini adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki swasta. Untuk menghaluskan, pemerintah AS sering menyebutnya "quasi-federal body".(iyee deeh ... paling bisa nih bikin istilah)
- Meski pakai nama “Reserve” tidak ada deposit emas samasekali di the Fed! Hahaha .. tertipuuu ..
Ya sodara2, the Fed “mencetak” dollar dari awang2 dengan nilai sesuka mereka, tanpa “jaminan” apa2. Tinggal "print" aja diatas kertas yg keren dan tulisi saja berapa nilai nya. Dan tugas pemerintah AS untuk membuat supaya orang percaya pada nilai dollar tadi. Nilai dollar adalah persepsi pengguna-nya, bukan mencerminkan nilai yang diwakili dalam angka yang tertera di dalamnya. Semakin orang men-dewa kan UANG, makin kuat nilai nya.

Ini yang kemudian berlaku juga untuk mata UANG lain di seluruh dunia. Nilai nya un-real, diserahkan pada "kepercayaan pasar", yang hanya tercermin dalam angka2 yang bergerak pada layar monitor para trader. UANG pun akhirnya menjadi sesuatu yang tidak nyata. Di dunia nyata, kalau ada tuan tanah yang punya perkebunan luas, dan ternak yang banyak, menerbitkan "surat hutang" pastilah lebih dipercaya dibanding orang yang tidak punya kekayaan apa2. Di dunia kita yang dibelenggu sistem moneter sekarang, negeri yang kekayaan-alam nya demikan kaya ini, "bank notes"nya dianggap tidak berharga.

Jadi apa dong UANG itu sesungguhnya? Nothing. Bukan apa2. Hanya selembar kertas yg ditulisi angka. Tidak ada jaminan apa2 di dalamnya. Berbeda dengan ide “bank notes” diawal yang dijamin emas. Lantas kenapa kita menganggap UANG memiliki NILAI? UANG sendiri tidak memiliki nilai nyata kecuali harga kertas dan ongkos cetaknya. Sesungguhnya NILAI UANG hanya muncul dalam pikiran2 kita. UANG tidak memiliki nilai apa2 dan tidak bisa apa2 kecuali pikiran kita memberikan nilai kepada UANG tadi. Jika Anda pergi ke suku terasing yang tidak mengenal USD, untuk membeli sebuah parang dengan USD 1000 pun Anda tidak akan bisa.

Lebih jauh lagi, teknologi dewasa ini telah membuat sebagian besar UANG saat ini tidak dalam bentuk fisik kertas atau logam, namun sekedar dalam bentuk “DATA” di computer. Diperkirakan dewasa ini hanya lebih-kurang 4% UANG ada dalam bentuk fisik. Jadi UANG hanya sekedar data di komputer, yang nilai nya ada dalam pikiran kita. Jadi masihkah kita mendewakan sesuatu yang bahkan tidak eksis dan tidak memiliki nilai riil? (fr)

Tuesday, September 19, 2006

Cerita Pak Tani

Dari kecil saya senang mendengar cerita. Baik lisan maupun tertulis. Tidak tau kenapa, buat saya selalu saja ada hikmah dari cerita yang saya dengar. Berikut salah satu cerita yang ingin saya share:

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu2 nya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang2 dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni "koleksi" kuda2 yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang2 kuda segera menawar kuda2 tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya bertempur, dan berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa2 yang kita sebut hari ini sebagai "kesialan", barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju "keberuntungan". Maka orang2 seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk "menghakimi" kejadian dengan label2 "beruntung", "sial", dan sebagainya. Mereka mengalir dalam hidupnya. Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu "kesialan", manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi enterpreneur besar. Maka berhentilah menghakimi apa yang terjadi hari ini, karena .. sungguh kita tidak tahu. (fr)

FEAR















"Fear is the path to the Dark Side. Fear leads to anger, anger leads to hate; hate leads to suffering. I sense much fear in you." (Yoda)

Kalimat di atas adalah kata-kata Master Yoda ke Anakin Skywalker, seorang cantrik Jedi (Padawan) yg udah ngebet jadi master Jedi. Dalam epik Star Wars, dikisahkan akhirnya Anakin, yang sejatinya adalah Jedi paling berbakat yg pernah ada, benar2 terjebak pada ketakutan2 nya sendiri. Ketidak sanggupan Anakin menguasai rasa takut nya akan kehilangan orang yang dicintainya, yang kemudian menggelincirkan Anakin untuk mendalami dark-side of the force, dan menjelmakan Anakin menjadi sosok paling kejam seantero galaksi: Darth Vader.

Ketakutan atau FEAR sering diplesetkan secara tepat menjadi False Evidence Appearing Real. Berawal dari asumsi2 subyektif, seseorang kadang menafsirkan fakta2 obyektif menjadi ketakutan yang seringkali sesungguhnya tidak atau belum terbukti. Pangkal mulanya adalah rasa keterikatan yang demikian kuat kepada obyek2 duniawi yang sudah pasti fana. Entah itu jabatan, kekayaan, atau orang yang disayang. Keterikatan (attachment) tadi akan memunculkan ketakutan kehilangan, atau bahkan sekedar ketakutan akan perubahan. Akhirnya, pikiran kita (yang sesungguhnya alat bantu kita untuk memahami realitas), justru memunculkan bayangan2 kegelisahan sekalipun tidak ada referensi obyektifnya.

Seorang karyawan yang takut kehilangan posisi nya akan menaruh kecurigaan bahwa rekan2 nya, bahkan boss nya, melakukan office-politics, dan posisi nya selalu terancam. Akhirnya, pikiran nya terganggu dengan ketakutan2, ancaman2 yang datang dari dalam pikiran nya, dan tidak lagi fokus pada kerjaan. Dan manakala sang boss atau rekan menegor untuk mengingatkan, ketakutan2 tadi langsung mendapat justifikasi, dan makin kuat: tuh kan mereka gak suka saya. Saya dulu pernah memiliki teman yang demikian, dan akhirnya dilanda paranoid yg berlebihan, bahwa orang2 sedang membicarakan dia, bahwa dia dibenci, tidak disukai, dsb. Contoh lain adalah kisah tragis seorang ibu di Bandung baru2 ini yang tega membunuh tiga anaknya, karena dihantui ketakutan akan masa depan yang suram.

FEAR juga menjangkiti pergaulan antar negara. Masih ingat perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet? Masing2 kubu ketakutan dengan keunggulan senjata dan "potensi ancaman" pihak lain. Dimulailah permainan konyol yang super mahal dan tidak masuk akal. Jika US kira2 punya 10,000 hulu ledak nuklir, maka AS harus punya 15,000, dst. Walhasil kini mereka masing2 punya lebih dari 30,000 hulu ledak nuklir! Padahal dengan 6 ledakan nuclear saja, diperkirakan bumi akan diselimuti awan ledakan dan memasuki skenario musim dingin nuklir yg akan membekukan seluruh kehidupan di muka bumi.

Manusia memang aneh. Seakan tidak punya alasan hidup jika tidak dilanda FEAR. Manakala sumber FEAR menghilang, kita ciptakan FEAR baru. Ketakutan kehilangan jabatan berhasil dihilangkan, muncul ketakutan kehilangan kekayaan, ketakutan kehilangan teman, anak, istri, suami, dst. Komunisme runtuh pun, pemimpin AS perlu mendefinisikan ketakutan baru: Islamic Terrorism, Islamic Extrimist, dst.

FEAR sesungguhnya dapat diredakan dengan sikap "let go". Kata Master Yoda: "Train yourself to let go of everything you fear to lose." Sikap batin yang pasrah bahwa kehidupan kita diatur dengan sempurna oleh Yang Maha Sempurna. Dengan demikian kita tidak akan merasa super istimewa ketika di titipi kelebihan, dan tidak akan pernah takut manakala titipan tadi diambil kembali oleh pemiliknya. (fr)

Muhammad Sang Pembaharu

Salah satu peran Muhammad yang dewasa ini dilupakan oleh pengikutnya adalah peran Muhammad sebagai sang pembaharu. Semangat pembaharuan yang pernah dibawakan Muhammad yang berhasil merubah wajah jahiliyah bangsa arab menjadi bangsa yg ber adab, sudah tidak ada. Banyak ummat Muhammad sang revolusioner sejati itu, justru berpendapat pembaharuan telah berhenti di abad ke-6 jadi kini tinggal jalani hidup saja sesuai textbook sambil menunggu kiamat. Jadi jangan heran kalau dewasa ini kita potret kehidupan ummat Muhammad, maka wujudnya adalah:

- Kerajaan2 kaya minyak yang mempolitisir ajaran Islam demi melanggengkan kekuasaan, sambil melakukan penekanan terhadap kemerdekaan berpendapat, meniadakan hak2 kaum wanita dan minoritas, semua demi langgengnya kekuasaan “trah” nya,. Berpura2 memihak ummat Islam, sambil di belakang berkongsi dengan saudagar2 dari negeri barat. How come, keluarga Bush ternyata berpartner erat dgn keluarga kerajaan arab dalam bisnis? (baca deh buku "House of Bush, House of Saud: The Secret Relationship…”) Siapakah pemegang saham Citicorp (induk nya Citibank) terbesar? Yahudi kah? Bukan, dia adalah Pangeran Walid bin Talal. Dan apakah Muhammad pernah mencontohkan model kerajaan turun temurun? Padahal mereka mengklaim sebagai “pewaris” ajaran Muhammad yang paling murni dan konsekuen. Kenyataannya mereka membiarkan negara2 tetangga sesama muslim di barat Afrika kelaparan. Mereka membiarkan darah para mujahid tumpah, sambil terus membiakkan rekening dolar di bank2 negeri barat. Belum lagi pelecehan buruh wanita migrant yang sering dilakukan warga disana (and their government do nothing!)
- Negeri2 amat miskin, terutama di bagian utara benua Afrika, yang tiada hari tanpa konflik dan bunuh2 an atas nama agama, padahal inti nya berebut kekuasaan, sementara rakyatnya mati kelaparan.
- Di negeri2 lain yang relative lebih baik, eh malah banyak yg dalam kondisi frustasi. Pengen ngelawan Amerika, tapi cara nya dengan ngebom saudara sendiri.

Saya sempat mengunjungi bekas2 peradaban Islam yang luar biasa, seperti di Istanbul dan di India. Dalam hati saya menangis menyaksikan mesjid2 luar biasa yang kini kotor dan terlantar, dan sekedar jadi obyek turis (waktu itu saya langsung ingat perjuangan orang di kampung saya ngebangun mesjid) Kalau dibanding Blue Mosque atau Hagia Sophia jelas mesjid kita kalah gede dan megah. Tapi di Istanbul mesjid2 tadi kosyong! Di museum Istanbul mereka simpan kuku nabi, rambut nabi, pedang nabi, surat nabi, peninggalan2 sahabat nabi. (tentu bukan untuk bertabarruk. Ini murni turisme !) Padahal, semestinya dengan melihat surat Nabi kepada penguasa2 roma, parsi, misalnya, kita terinspirasi dan tergugah betapa inovatif nya beliau pada masa itu. Banyak yang tidak menyadari bahwa peradaban India seperti yg kita lihat sekarang adalah buah dari dinasti Moghul Islam, yang terkenal diantaranya Akbar the Great yang pernah lama menguasai India. Taj Mahal yang dibangga2 kan itu adalah karya penguasa Islam. Saya juga pernah mengunjungi mesjid di kotaHyderabad(Mecca Mosque). Nama kotanya saja peninggalan Islam (yg artinya kotanya Hyder/Khaidir). Mesjid nya yang sudah kotor dan rapuh itu kapasitasnya 10.000 orang! Kebayang kalo dipindah ke Indonesia. Tapi bagaimana kehidupan ummat muslim disana? Satu kata: Miskin. Banyak yang jadi peminta2 dan hidup di kawasan kumuh dan tinggi kriminalitas. Bagaimana mungkin bangsa yang dulu nya penguasa dataran yang eksotis dan subur ini kini jadi pengemis?

Jawaban yang sering saya dengar adalah salahkan penjajahan Inggris, salahkan orang Hindu dan salahkan konspirasi barat-yahudi. Yang saya jarang dengar justru refleksi diri apakah kita semua, ummat Muhammad sang “seal of all prophets” sudah menjadi pembaharu seperti Muhammad dulu?

Inspirasi Bung Karno

Waktu 17 Agustusan kemaren, saya sedang berada di Singapura untuk suatu meeting. Mungkin karena Singapura juga habis merayakan hari jadi nya, dan banyak bendera disana-sini, suasana “17-an” jadi terasa buat saya. Di media2 lokal juga banyak artikel2 menarik seputar ulang tahun Singapura. Negara yang infrastruktur nya termasuk paling modern di dunia ini ternyata dalam sejarahnya kenyang pendudukan, sebelum lepas dari Malaysia tahun 1965, cukup lama dikuasai Inggris, jauh sebelumnya lagi mereka bahkan ternyata sempat diduduki Majapahit (yang konon memberi nama “Temasek” atau Tumasik dalam bahasa Jawa), dan sebelumnya lagi Sriwijaya (Pangeran Sriwijaya adalah orang yang menamakan bekas kampung nelayan kumuh ini Singapura).

Salah satu artikel menarik yang sempat saya baca sekilas adalah wawancara dengan salah satu sesepuh People’s Action Party (PAP), partai berkuasa disana. Cerita nya masih seputar nasionalisme. Tapi beda dengan cerita2 sesepuh kita yang biasanya seputar perang, beliau (saya lupa nama nya, nama chinesse sih) malah cerita soal pengalaman mendengar pidato Bung Karno sewaktu Konferense Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Waktu itu bahkan belum ada negara Singapura, dan beliau harus puas hadir sebagai “pengamat” saja. Salah satu ucapan si Bung yang terus diingat oleh beliau adalah (dan kini teringat terus di benak saya) :
“Be Guided by hopes and determination, be guided by ideals, and yes .. be guided by dreams!”
Jujur saya merinding membaca nya. Menurut saya kalimat tadi luar biasa. Terbayang bagaimana semangat tadi menular ke seluruh pemimpin negara yang hadir tahun 1955 itu. “Spirit Bandung” ini yang konon menginspirasi banyak negara untuk merdeka dari penjajahan dan menentukan nasib sendiri. Spirit itu juga yang membawa Singapura memilih berdiri sendiri dan menjadi negara yang maju dan menyejahterakan rakyatnya.

Kalau dihitung2 negara2 AsiaAfrika kalau dijumlahkan memiliki jumlah daratan dan lautan terbesar dibanding benua lain (baca: menguasai largest natural resources on earth), dan memiliki human-power lebih dari setengah penduduk bumi. Semesti nya setelah merdeka, bangsa2 Asia Afrika bisa hidup dengan sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan mereka. Fakta nya, justru bangsa2 Asia Afrika masih berkutat dengan kemiskinan dan konflik.
Kenapa? Jawaban mudahnya sih dengan menyalahkan “pihak lain” dan menempatkan diri sebagai korban. Tapi kalau begini kan gak ada beda nya dengan menjadi orang terjajah? Menyalahkan penjajah, dan meratapi nasib. Anugerah natural resources yang demikian melimpah dari Tuhan, akhirnya tidak dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan kita sendiri. Malah menyejahterakan orang2 dari negara yang tidak memiliki natural resources. Kira2 kenapa? Mari kita tilik dari kacamata perubahan.

Pada saat negara2 AA merdeka, dunia sedang berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Kalau di jaman masyarakat agraris, hukumnya kurang-lebih adalah: siapa yang menguasai sumber daya alam maka dia yang menang. Maka ber-ramai2 lah negara saling berebut wilayah yang punya sumber-daya alam. Di era masyarakat industrial lain lagi, ternyata meskipun tidak punya sumber daya alam, asal kita punya teknologi dan orang, kita menang. Maka orientasi penguasaan beralih ke man, machine/materials, money (capital). Siapa punya capital juara nya. Tapi ini pun ternyata lambat laun berubah, ternyata ada yang lebih powerful dari capital, yaitu informasi dan knowledge. Muncul profesi2 baru berbasis informasi. Di jaman ini biro perjalanan yang tahu informasi tempat wisata dan bagaimana arrangement perjalanan bisa dibayar mahal. Stock-trader, forex trader, atau investment manager tidak pernah memiliki capital tapi dibayar mahal atas knowledge dan informasi yg dimiliki-nya. Iseng2 bikin software komputer dari garasi bisa jadi orang paling tajir sedunia. Inilah jaman informasi atau ada yg menyebut era knowledge-worker. Bahkan negara2 yang berbasis jasa dan perdagangan kini menjadi negara2 yang sangat sejahtera. Jadi mengandalkan kekayaan alam, “hari gini” sudah gak relevan lagi. Maka jangan heran di negara yang konon kaya raya akan sumber-daya alam, kaya minyak, gas alam, tanah nya subur, laut nya kaya, pada akhirnya mayoritas rakyatnya masih hidup dalam kemiskinan.

Ini mungkin makna dari kata2 Bung Karno dulu, yang pernah berucap akan membiarkan kekayaan alam kita ada di perut bumi, sampai insinyur2 kita bisa mengolah nya sendiri. Mungkin si Bung ingin kita punya knowledge yang cukup untuk mendayagunakan nya, sehingga kompetitif dibanding pihak lain. Beliau rupa nya sadar, power kita semestinya bukan di natural-resources nya tapi di knowledge orang2 kita sendiri.

Entah jaman apa lagi kedepan setelah jaman informasi ini. Dan entah kapan cita2 sesepuh2 pendiri negara2 Asia Afrika akan tercapai. Yang jelas kita harus selalu siap dengan perubahan, bahkan harus dapat memanfaatkan perubahan2 itu untuk sesuatu yang positif. Di era informasi ini begitu banyak cara2 baru yang muncul yang siap kita manfaatkan. Konon untuk berbisnis kita cuma perlu produk, pasar dan saluran. Saat ini lewat revolusi internet, market kita terbuka global. Sarana komunikasi demikian mudah. Jadi, sesungguhnya begitu banyak peluang bagi Indonesia dan negara2 Asia Afrika untuk bangkit dan sekali lagi “merebut” kemerdekaan dari bangsa2 yang punya knowledge dan informasi lebih dari kita.

Selamat ulang tahun Indonesia. Bagaimanapun wajahmu sekarang, aku tetap cinta kamu.

Monday, September 18, 2006

Akupuntur














Akupuntur. Salah satu seni pengobatan yg asal nya dari China kuno, yg usianya sudah sekitar 3000 tahun lampau. Baru2 ini mulai rajin ikutan di terapi akupuntur. Awalnya nemenin istri yang terapi buat sakit maag-nya. Tapi rupanya keterusan.

Tempat terapi nya di Cimahi, Bandung di kliniknya Pak Agus dan Pak Endang. Tempatnya rada remote area, masuk dari jalan raya Bandung - Padalarang sekitar 2km, meski lumayan jauh dr Bandung tapi cukup rame, kalo diliat2 yg dateng gak hanya ama plat nomor D, malah banyak yg plat nomor B. Tempatnya lumayan, parkirnya luas, dan dipan tempat terapi nya cukup banyak. Dibatasi sekat2 tirai kain untuk privacy. Kalo datengnya rame2 sama keluarga bisa berderet bareng2, sekat tirai dibuka biar bisa liat2 an.

Teori
Akupuntur sebenernya jelas2 bukan pengobatan medis (modern). Jadi acuan nya bukan teori medis. Yg gw pernah denger2 sih mirip2 filosofi "5 unsur" yg gw pelajari di Jedi Academy. Yg memandang tubuh manusia terdiri dari 5 unsur: Air, Kayu, Api, Tanah, Logam. Lima elemen tadi kehadiran nya balance dalam suatu siklus kehidupan yg berkesinambungan. Air menciptakan Kayu, Kayu menciptakan Api, Api menciptakan Tanah, Tanah menciptakan Logam, dan Logam menciptakan Air. Ketidakseimbangan unsur2 tadi akan mengganggu aliran "the force" atau di China dikenal sebagai "chi" di tubuh kita. Ingat kata master Yoda, seluruh elemen tersebut pada hakekatnya adalah the force yang berubah2 bentuk. Nah, fungsi stimulasi dengan jarum disini konon ampuh dalam menyeimbangkan kembali imbalance tadi. Caranya dengan menusukkan jarum pada titik2 di jalur2 Akupuntur. Organ tubuh yg jadi "concern" utama Akupunturis umumnya juga yg terkait dengan 5 unsur tadi, misalnya: jantung (api), lambung (tanah), usus (logam), ginjal (air) dan liver (kayu).

Prakteknya
Awalnya waktu pertama terapi, Pak Agus ngeraba nadi buat ngedeteksi ketidakseimbangan aliran "the force" di tubuh gw. Sempet deg2 an juga ngeliat pak Agus ngeraba nadi gw dengan mimik serius dan kening berkerut. Seakan tahu bahwa diriku adalah Jedi yg terlatih menggunakan "the force", Pak Agus langsung menuduh bahwa internal tubuh gw "burning", walhasil nampak dr kulit yg miskin nutrisi. Kulit jadi kering dan keriput kaya master Yoda. Ya iyalah Pak Agus, kan itu efek tenaga "the force" yg dahsyat. Dari burning tadi juga mengganggu fungsi liver dan ginjal. Ok deh Pak Agus, go ahead, yang jelas aku ingin pilek pagi ilang dan perut rada slim-an dikit. Maklum dampak latihan Jedi bertahun2 membuat gw kalo pagi ingusan dan perut rada ndut. Pak Agus dan Pak Endang orangnya masih muda2 dan asik diajak ngobrol. Pak Agus sendiri sudah 25 tahun nusuk, dan menuntut ilmu sampai ke China segala. Sebagai senior dia yg melakukan penusukan. Setelah 1/2 jam - 1 jam, nanti Pak Endang yg mencabut jarumnya. Jarum yg dipakai adalah jarum disposable steril yg diimpor dr China. Sebulan mereka bisa habis 3000 - 4000 jarum. Pertama ditusuk titik2 nya di perut atas dan bawah pusar, tangan dan kaki. Baru besok nya nambah titik baru di dekat hidung. Gak sakit sih pas ditusuk, tapi kalo lagi diputer jarumnya, muncul sensasi kaya di stroom. Kaget aja. Terus titik2 tertentu terasa pegel atau kesemutan. Apalagi kalo di tangan/kaki, trus kita coba gerak2an pas ada jarumnya. Lama2 sih tusukan merambah ke kening, kepala, pinggang. Pak Agus gak terlalu nyaranin konsumsi suplemen atau obat. Sekalipun ramuan atau obat China, beliau gak menganjurkan, karena membebani kerja lambung dan liver.

Hasilnya.
Believe it or not, pada 2 sesi awal, sumbatan energi the force di hidung rupanya langsung cair dan berhasil di re-route ke seluruh tubuh. Bahkan sejak sesi2 pertama. Walhasil, kalo pagi udah gak pilek lagi. Bagaimana dengan nasib perut pasca Akupuntur? Hmm .. ini udah lebih sebulan ikutan Akupuntur, hasilnya: Berat nambah! Hehehe ... Gimana gak, setelah ditusuk makan jadi banyak, tidur jadi nyenyak. Emang efek samping awal2 minggu yg gw rasain sih: rada lemes, dan laper mulu. Meskipun otak rasanya tambah encer. Sempet nanya ke Pak Agus, kata beliau gak berani ngurangi nafsu makan gw, karena butuh nutrisi buat area tubuh lain yg kurang nutrisi. Gimana dong Pak perut kita nih? Yah, rajin olah raga deh Pak, sama dibatasi makan-nya (itu dia paak ...), soalnya beliau sih lebih concern ngebenerin dulu organ yg mulai menurun. Gak cuma gw + istri, anak2 + mertua jg suka ikutan di Akupuntur. Sasha pernah batuk + radang tenggorok + demam. Dua kali ke Pak Agus alhamdulillah demam turun tanpa minum antibiotik, trus sesi ketiga batuk reda. Ivan, suka ikut seminggu sekali buat jaga kesehatan doang, hasilnya tuh anak jadi lebih banyak gerak. O ya Pak Agus ini gw akuin pinter ngadepin pasien anak2. Bahkan bayi. Khusus anak2 juga jarumnya lain, lebih kecil. Kata Anak2 gw sih gak sakit. Tapi gw liat anak2 lain banyak yg nangis. Tapi maklum lah "the Force" is strong in our family. Anak2 gw hampir selalu tidur nyenyak pas di akupuntur. Kalau gak lagi ke Jakarta pasti gw kesana, sambil merenung, kira2 gimana cara bikin "lightneedle" buat para Jedi Knight yg pengen tusuk jarum.

May the Force be with you deh Pak ...

Sunday, September 17, 2006

Berdoa (dan berusaha) untuk kaya?

Teman saya mengajukan suatu pertanyaan: Apakah dalam Al Quran ada contoh doa untuk minta kaya? Tentu ini “debatable”, ada yang tegas mengatakan secara textual tidak ada, namun ada yang mengatakan secara contextual jelas ada, misalnya apakah doa Sulaiman minta kerajaan seperti berikut termasuk memohon kekayaan atau tidak? :"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (QS Shaad: 35). Bayangkan, Nabi Sulaiman, minta kerajaan yang “tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku”. Silahkan dipahami dengan ilmu masing2. Kita juga tidak dapat mengingkari bahwa, berbagai contoh doa yang ada dalam Al Quran (yang truly various) mengindikasikan bahwa kita dapat berdoa untuk keperluan apapun. Termasuk yang ingin kaya.

Tapi lepas dari doa, tentu juga kita harus melakukan sesuatu untuk mencapai apa yang kita inginkan. Dan Al Quran penuh inspirasi untuk sukses. Berikut beberapa points yang ingin saya share:

1. Berserah diri.Pengalaman saya sebagai “wiraswastawan”, mengajarkan bahwa untuk soal rejeki dan kekayaan mau tidak mau kita hanya bisa berserah kepada Allah. Sewaktu saya masih karyawan, tinggal nunggu setiap tanggal 25 rejeki pasti datang. Jumlah nya pasti lagi. Tapi ketika menjadi wiraswastawan, sungguh, saya tidak tahu berapa rejeki yang akan saya terima, dan kapan. Hanya Allah yang tahu. Disinilah muncul derajat kepasrahan tertentu. Aku sekedar berusaha, biar Allah yang putuskan hasilnya. Karena no matter how hard I try, kalo belum rejeki nya malah gak dapet2. Sebaliknya kadang2 yang dicuekin malah datang sendiri. Ini betul2 cerminan dari ayat berikut:“Dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan”, (QS. An Najm 53:48)

2. Bersyukur.Selain, berserah, pengalaman kedua adalah menyangkut bersyukur. Tidak tahu kenapa, dengan selalu mensyukuri berapapun rejeki yang kita peroleh, alhamdulillah selalu dimudahkan dalam mendapatkan sumber2 rejeki berikutnya."Dan ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu ...." (QS. Ibrahim: 7)

3. Tabah dalam menghadapi masalah.Namanya usaha, masalah selalu ada. Ditolak prospek. Musti bayar tagihan. Tagihan kita ke customer gak dibayar2. Dan sebagainya. Tapi percaya deh, itu semua proses yang harus dilalui, dan Allah akan memberikan jalan keluar. "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS. Ath-Thalaq : 2-3)

4. Jangan “ingin kaya” tapi bersikaplah kaya.Hehehe … mungkin sedikit membingungkan. “Ingin kaya” itu menjebak. Biasanya akhirnya malah bersikap takut kehilangan, pelit, negative dan sebagainya. Padahal itu bukan “sikap” yang kaya. Orang “kaya” sejati tidak takut kehilangan harta nya. Toh nanti bisa cari lagi. Dan pasti ikhlas memberi, karena percaya Allah masih akan kasih lagi."Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)

5. Tidak mengulang kesalahan.Selalu memperbaiki diri. Kalau pernah melakukan kesalahan, mohon ampun dan jangan diulang. InsyaAllah dengan begini customer dan partner selalu sayang sama kita. Walhasil kita diibanyakkan rejeki."Maka aku katakan kepada mereka, mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) sungai-sungai". (QS Nuh : 10-12)

Wallahualam.