Thursday, February 19, 2009

Childhood Dreams

Professor Randy Pausch, dulu adalah seorang Profesor Computer Science di Carnegie Mellon University. Sesuai tradisi di universitas Carnegie Mellon, pada bulan September 2007, Randy diminta menyampaikan “Last Lecture”. Makna kuliah terakhir tersebut begitu dalam, karena Randy Pausch pada saat itu memang sedang dalam perjuangan melawan penyakit pancreatic cancer yang mematikan. Dokter memperkirakan hidup Randy tidak lama lagi, sehingga Last Lecture kali ini bisa jadi adalah benar-benar kuliah terakhirnya. Meskipun sedang menghadapi penyakit yang mematikan, kuliah Prof. Pausch yang berjudul – Really Achieving Your Childhood Dreams, sama sekali bukan tentang kematian. Tapi justru berbicara tentang kehidupan. Tentang mimpi-mimpi masa kecilnya, bagaimana terwujudnya mimpi-mimpi tersebut, dan mimpi bagi ketiga anak nya yang akan tumbuh tanpa kehadirannya.

Bulan Juli 2008, Randy Pausch akhirnya meninggalkan keluarga dan teman-teman nya untuk selama-lamanya. Namun Randy telah mewariskan buku yang sangat luar biasa, “The Last Lecture”. Sebuah buku yang saya baca dengan penuh rasa haru, dan membuat saya kembali mengingat impian masa kecil saya.

Salah satu impian masa kecil Randy Pausch adalah “Menjadi Captain Kirk”. Pesona sang Kapten yang memimpin pesawat ruang angkasa USS Enterprise dalam serial TV Star Trek begitu melekat pada benak Randy kecil, hingga ia membayangkan kelak akan menjadi seperti Captain Kirk. Setelah dewasa, Randy Pausch memang tidak pernah menjadi Kapten kapal ruang angkasa. Namun, guess what? Dia pernah berkesempatan mencoba pengalaman mengalami zero grafity di pesawat NASA. Dan puncak pengalaman nya yang terkait dengan impian masa kecilnya adalah, ketika Pausch harus mendemokan teknologi Virtual Reality secara langsung kepada William Shatner, pemeran Captain Kirk!

Impian masa kecil Randy Pausch yang lain adalah “menjadi Disney Imagineering”. Imagineering adalah orang-orang di belakang layar di Disney yang memungkinkan segala atraksi yang fantastis di Disneyland ataupun Disney Movie terjadi. Randy kecil begitu terpesona dengan Disneyland yang disebutnya sebagai “Happiest Place on Earth”. Lama setelah Randy melewati masa kanak-kanak nya, dan menjadi seorang computer scientist dengan area penelitian Virtual Reality, sepertinya apa yang ditekuni Randy tidak berkaitan dengan mimpi masa kecilnya. Sampai ketika sebuah kesempatan datang: tawaran bekerja sama dengan Disney untuk mengembangkan Virtual Reality. Randy pun segera menuju California dengan kebanggaan: menjadi Disney Imagineering.

Tidak hanya impian pribadi nya. Randy juga bercerita tentang impian seorang anak buahnya bernama Tommy Burnett. Ketika Randy merekrut Tommy, sebuah pertanyaan dilontarkan: Apa impian kamu? Jawaban Tommy tidak kalah lugas: Impian masa kecilnya adalah membuat film Star Wars. Pada saat itu tahun 1993, 3 serial Star Wars selesai dibuat sepuluh tahun sebelumnya, dan George Lucas belum mengumumkan rencana membuat serial baru. Tapi Tommy tetap berkeras bahwa membuat film Star Wars adalah impian masa kecil nya. Beberapa tahun kemudian, Industrial Light & Magic, perusahaan George Lucas mencari programmer Python, dan Tommy diterima bekerja. Dan begitulah, akhirnya Tommy terlibat dalam tiga prequel film Star Wars, sebagai lead technical director. Sama seperti impian masa kecil nya.

Ini membuat saya berpikir. Apakah saya juga telah menjalani kehidupan seperti impian masa kecil saya, sebagaimana Randy atau Tommy? Lalu apa impian masa kecil saya?

Kalau saya ingat-ingat kembali impian masa kecil saya sangat dipengaruhi cerita-cerita science fiction. Sama seperti Randy Pausch, saya penggemar Star Trek, dan saya sangat mengagumi Captain Kirk, melebihi Mr. Spock, Sulu, McCoy ataupun Scott. Saya terpesona dengan kepemimpinan Captain Kirk maupun gadget-gadget nya. Banyak yg terkesan dengan “handphone flip” yang digunakan Kirk. Namun menurut saya yang paling dahsyat adalah “Tricorder”. Ini semacam komputer portabel yang mampu melakukan scanning planet yang baru didatangi dan layarnya akan memunculkan informasi-informasi berharga. Sebuah komputer portabel, bayangkan ! Saya sering memimpikan memiliki Tricorder.

Waktu saya kecil (saya lahir tahun 1970), tentu saja belum ada personal computer seperti yang kita kenal sekarang. Paling tidak di Indonesia. Pemahaman pertama saya tentang komputer, selain dari Star Trek, saya peroleh dari komik serial Arad dan Maya. Dalam komik tadi dikisahkan pesawat yang dikendarai Arad memiliki komputer cerdas yang bisa berbicara. Namanya CC. Saking cerdas nya kadang Arad dibikin emosi oleh si CC ini. Saya jadi sangat tertarik dengan yang namanya komputer. Apakah betul secerdas itu?

Beruntung saya mempunyai Kakak-Kakak laki yang sangat suka elektronika, dan rajin berlangganan majalah-majalah sains, diantaranya yang saya ingat majalah Mekatronika. Gambaran komputer yang lebih jelas saya peroleh dari salah satu majalah tadi. Suatu hari Kakak saya menunjukkan gambar sebuah kotak TV dengan tombol-tombol mesin ketik di bawahnya: “ini lho kompiyuter ...” katanya. Sok ng-Inggris. Saya pun ikut2 an menyebutnya “kompiyuter”, bukan komputer. Waktu itu saya masih SD. Saya sering berkhayal, mengoperasikan kompiyuter. Papan tulis hitam yang biasa kami gunakan untuk belajar saya gambari layar-layar, dan tombol mesin ketik di bawahnya. Dalam khayalan saya, saya berinteraksi dengan si kompiyuter, memberikan pertanyaan, dan kompiyuter menjawab. Seperti Tricorder nya Captain Kirk atau CC nya Arad.

Tahun 1998, mungkin 20 tahun semenjak khayalan saya, saya diterima bekerja di sebuah perusahaan software, bernama Commercial Software Services Ltd. Tugas saya, menjadi konsultan sebuah sistem aplikasi. Duduk di depan “kompiyuter”, untuk merancang, menguji dan mengoperasikan aplikasi tadi. Setiap hari saya harus berinteraksi dengan si “kompiyuter”. Memang bukan dengan kata-kata seperti Arad, tapi dengan data yang berguna untuk klien saya. Hari ini saya baru sadar, bahwa pada saat itu terjadi, rupanya salah satu impian masa kecil saya terwujud. Meskipun dalam bentuk yang sedikit berbeda. Bahkan hingga hari ini, saya masih berbisnis di industri software computer. Ini membuat saya merinding.

Lalu apa impian masa kecil Anda?

3 comments:

FAJAR S PRAMONO said...

Mas, saya jadi ikut merinding...

Dulu saya suka banget jika dapet uang baru dari tanteku, setiap kali beliau "bagi2 uang" kepada keponakan2nya.
Saya sangat terkesan, dan pingin bisa melakukan hal yang sama.

Beliau memang kerja di bank saat itu.

Dan tahukah Mas Fauzi, bahwa saya saat ini jadi pegawai bank yang sama dengan bank tempat tante saya bekerja?!

Tentang uang baru, itulah "side job" rutin saya saat ini, atas permintaan istri tercinta, saudara2, temen2, dan tetangga2 kompleks! Hehe...

INES HANDAYANI said...

Jangan sampai Pak Fauzy males nulis.. merana hidup saya jadinya... Tulisan Bapak tuh dahsyaaatttt....suer..

WURYANANO said...

Saya nggak pernah bermimpi jadi entrepreneur seperti sekarang ini.

Sepertinya saya "terjebak" jadi Entrepreneur... sehingga mau-nggak mau, harus dijalani saja.

Karena sudah terlanjur...yaa mau-nggak mau harus dipikirkan, dirasakan dan ditindaklanjuti dengan lebih baik lagi, kehidupan sebagai Entrepreneur ini.

Salam Sukses Penuh Berkah dari Surabaya,

Wuryanano
Motivational Blog - Support Your Success
Entrepreneur Campus - Support Your Future