Saya lagi ingin menulis topik yang membosankan. Apalagi kalau bukan dunia keuangan. Membosankan tapi kok ya penting. Jadi OK lah saya tulis aja. Kali ini tentang perbedaan Asset dan Net worth. Sering kita mendengar ungkapan, wah hebat assetnya meningkat dua kali lipat, dsb. Ini sejak lama menggelitik saya. Kenapa asset yang jadi perhatian? Bukan net-worth?
Atau Anda mungkin pernah dengar istilah "high net-worth individuals"? Dalam Bahasa Indonesianya kurang lebih adalah "para individu dengan kekayaan bersih yang tinggi". Kurang enak didengar memang. Jadi kita sebut saja high net worth individuals, disingkat HNWI. Kalau Anda sering berinteraksi dengan orang-orang di dunia jasa keuangan, pasti Anda pernah mendengarnya. Ya, kaum HNWI ini adalah orang-orang yang biasanya diburu oleh para penyedia layanan perbankan investasi, private banking, priority banking, maupun bentuk investasi lain seperti deposito, reksadana, forex ataupun saham. Mengapa mereka? Ya, karena mereka memiliki kekayaan bersih (net-worth) dalam jumlah yang relatif tinggi dibanding anggota masyarakat pada umumnya.
Kalau Anda cukup jeli, mungkin Anda akan bertanya-tanya, mengapa kriterianya adalah "net-worth", bukan "asset"?. Bukankah asset adalah kekayaan. Bukankah yang termasuk di dalam kelompok "Asset" adalah kas, investasi2 dalam bentuk tabungan deposito, dsb maupun investasi dalam harta tetap seperti tanah dan bangunan. Jadi, semesti nya kalau ingin mencari orang dengan kekayaan dalam jumlah besar, lihat saja asset-asset nya. Tentu ini bukan masalah istilah semata, namun memang ada perbedaan yang signifikan antara individu dengan banyak asset dengan individu dengan banyak net-worth.
Demikian juga ketika banker menganalisa suatu perusahaan, mereka tidak akan terlalu terpesona dengan ungkapan debitur "asset kami meningkat sekian persen", dst. Karena peningkatan asset belum tentu memiliki pengertian positif.
Sumber Asset
Mari kita bicara sedikit tentang prinsip akuntansi. Dalam neraca, seluruh kekayaan dicatat dalam kelompok asset yang berada di sebelah kiri, dan kewajiban dan modal dicatat di sebelah kanan. Sesuai namanya, "neraca" atau balance sheet. Akuntasi menganut pencatatan dua sisi, maka kita juga harus mencatat lawan atau yang menjadi sumber penambahan dan pengurangan kekayaan tadi. Lebih jelasnya pakai contoh saja:
Misalnya Anda mendirikan sebuah unit usaha dengan modal Rp.100 ribu, maka "kas" Anda, yang termasuk dalam kelompok asset akan bertambah Rp.100 ribu. Dan, Anda juga harus mencatat lawan yg menjadi sumber dari kas tadi dalam hal ini "modal disetor" sebanyak Rp.100 ribu. Jadi kelompok asset yang berada di sebelah kiri neraca akan balance dengan kelompok liabilities yang ada di kanan neraca.
Kemudian ternyata untuk menambah modal kerja, Anda meminjam uang Rp. 500 ribu dari paman Anda, maka kini "kas" Anda bertambah 500 menjadi Rp.600 ribu. Dan jangan lupa, catat juga lawan yg menjadi sumber dari kas tadi adalah "hutang" yang ada di kelompok liabilities, sebesar Rp.500 ribu. Jadi kini total asset Anda yg ada di sebelah kiri neraca adalah Rp.600 ribu dalam bentuk kas, dan total liabilities Anda disebelah kanan adalah Rp 600 juga yaitu Rp.500 dari hutang + Rp.100 ribu dari modal disetor.
Jadi, sumber asset dalam hal ini ada dua, dari modal, atau dari hutang. Kalau ingin mengetahui jumlah kekayaan bersih (net-worth), kurangkan saja nilai asset dengan jumlah hutang. Disitulah nilai kekayaan yang sebenarnya. Jika Anda ingin mengetahui nilai saham suatu perusahaan, Anda juga bisa menggunakan cara yg sama. Net-worth dibagi jumlah lembar saham. Inilah yang disebut sebagai nilai buku saham.
Lho bukankah dalam usaha semakin tinggi asset, semakin bagus? Belum tentu. Lihat dulu dari mana sumber assetnya. Jika dari hutang, maka Anda harus analisa dulu tipe hutangnya. Kalau semua terdiri dari hutang liquid yg harus dibayar kurang dari satu tahun. Sementara asset yang bertambah adalah harta tetap yang tidak liquid, maka kondisi nya justru mengkhawatirkan. Selain itu kualitas Asset juga harus diperhatikan. Asset yang tidak likuid dan tidak marketable tentu lain dengan asset yang likuid dan mudah diperjual belikan. Apalagi kalau assetnya tidak produktif. Harusnya malah di write-off.
Sumber Net-worth
Nah, supaya lebih paham, kita juga harus menganalisa darimana datangnya net-worth? Tadi di awal kita tahu bahwa sumber nya adalah modal disetor. Tapi tidak berhenti di situ. Selama usaha berjalan, Anda seharusnya menghasilkan profit. Dalam akuntansi, profit ini tidak dicatat di neraca tapi di Laporan Rugi Laba (Profit and Loss statement). Pencatatannya adalah dari hasil penjualan, dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold), eits, sebentar, ada pembaca yg mungkin awam nih, apa pula HPP ini? Singkatnya ini adalah biaya yg Anda keluarkan untuk pengadaan barang yg Anda jual. Gampangnya lagi barang tersedia dijual dikurangi persediaan, itulah HPP Anda.
Nah penjualan dikurangi HPP ini adalah laba kotor Anda. Dikurangi biaya operasional maka akan ketemu laba bersih sebelum bunga dan pajak (earnings before interest and tax). Kurangkan lagi dengan pajak dan beban bunga, ketemu net profit. Nah mau dikemanakan profit Anda ini, misalnya Anda tidak apa-apakan keuntungan Anda dan akan dipergunakan untuk usaha lagi, maka dia menjadi laba ditahan (retained earnings). Nah, retained earnings ini lah yang baru boleh dicatat di sisi neraca, menambah posisi modal. Lawan nya di sisi asset adalah penambahan Kas. Dengan kata lain, laba ditahan memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan Net-Worth.
Jadi Apa Maknanya?
Pertumbuhan usaha memang dapat kita lihat dari pertumbuhan asset. Namun harus diperhatikan sumber pertumbuhan asset tadi. Jika sumbernya adalah hutang, maka kita harus perhatikan rasio perbandingan antara hutang dan modal. Debt to equity ratio yg terlalu tinggi memiliki risiko yg lebih besar, karena hutang mengakibatkan cash-outflow di masa mendatang, baik dalam bentuk cicilan pokok maupun bunga. Beban bunga, adalah komponen yg akan mengurangi net profit, yg pada gilirannya menurunkan nilai "net-worth". Tanpa diikuti dengan pertumbuhan pendapatan (revenue) dari operasi usaha, maka dapat diduga usaha yg mengalami "pertumbuhan asset" tadi justru akan segera menghadapi masalah.
Jadi, saran saya bagi mereka yg tergila2 dengan pertumbuhan asset, perhatikan net-worth Anda. Semoga dengan demikian Anda akan cepat masuk dalam kelompok High Net Worth Individuals. Atau sudah ya?
6 comments:
Salam kenal Mas dari AdhiRock... saya tahu blog ini dari milis bicara.
Nice artikel mas.. peningkatan aseet tdk serta merta meningkatkan net worth, bisa aja liabilities-nya lebih gede dari asset. Juga sumber asset tsb.
Jadi inget di semester sebelumnya belajar finance sama accounting.
salam kenal juga mas Adhi. Wah blog nya keren sekali. Salam sukses!
Halo mas Fauzi, ketemu lagi setelah acara main leverage game di RM Sederhana.
Saya setuju dengan mas Fauzi, pentingnya Net Worth / kekayaan bersih. Tapi menurut saya yang "lucu" (maaf kalo ada yang tersinggung) dari akuntansi adalah depresiasi & amortisasi. Di toko hp saya ada etalase yang menurut saya bisa tahan 10 tahun atau lebih, tapi akuntansi membuat aset saya tersebut terdepresiasi dan maksimal 5 tahun harus di write off. Terang-terangan ini akan membuat Net Worth toko saya berkurang. Betul gak mas ?
Ferdi Ramdhon
http://JaheMerah.Com
Pak Ferdi, thanks sudah mampir. Alhamdulillah saya bukan orang akunting :-) Cuma sering liat neraca ama P&L aja. Sebenarnya tujuan depresiasi (untuk fixed asset), amortisasi (intangible asset) dan deplesi (untuk natural resources) adalah membagi rata biaya untuk mengembalikan asset sesuai nilai semula. Lawan depresiasi di sisi aset adalah beban biaya penyisihan di laporan rugi-laba, mempengaruhi profit namun tidak mempengaruhi cash-flow. Memang bisa "tricky" karena sangat tergantun asumsi yg digunakan. Malah kalau tahu caranya, perbedaan asumsi penyusutan bisa digunakan untuk mendongkrak nilai saham. BTW kalau "jahe merah" menyusut gak mas? hehehehe ...
Mas Fauzi..
salam kenal juga dari saya..
saya punya ide..
next release.. adalah penjabaran tentang depresiasi/amortisasi dan hubungannya dengan asset..
Thanks...
Nice
Post a Comment