Tuesday, May 22, 2007

Murah, Meriah, Meriang.

Siapa yang tidak mau barang murah? Tentu semua orang mau. Pembeli pasti mencari produk atau jasa dengan harga yang paling murah. Mungkin karena logika tadi, penjual sering menerapkan strategi "jual murah" untuk memenangkan kompetisi. Banting harga. Jual dengan margin sekecil mungkin, demi memenangkan persaingan. Strategi ini yang sering digunakan terutama oleh para pendatang baru supaya eksis di market. Termasuk saya, adalah orang yang sering menerapkan strategi ini ketika harus bersaing dengan para raksasa. Tapi betulkah strategi ini efektif? Hehehe … jujur saja menurut pengalaman saya tidak.

Dalam jangka pendek, memang harga yang murah dapat membuat produk atau jasa kita kompetitif, namun dalam jangka panjang ternyata lebih banyak bikin Anda meriang. Ada beberapa alasan mengapa secara jangka panjang, strategi harga rendah bukanlah penentu kemenangan:

Pertama: Faktor kepercayaan. Harga yang murah biasanya diikuti dengan pertanyaan: bagaimana kualitasnya? Ya, produk murah yang tidak diikuti dengan kualitas yang baik, malah biasanya dihindari pelanggan. Karena bagaimanapun, pelanggan membeli suatu produk atau jasa, dengan harapan memperoleh manfaat tertentu. Jika harga yang murah tadi tidak disertai dengan manfaat minimal yang seharusnya diperoleh, maka pelanggan akan kapok. Contoh sederhananya, dulu saya pernah tertipu membeli durian di tukang buah keliling yang harganya murah sekali. Ternyata setelah dibuka, tidak lebih dari setengahnya yang enak dimakan. Setelah itu saya hanya mau membeli durian di toko buah yang terpercaya.

Di industri jasa yang saya tekuni juga demikian. Perusahaan-perusahaan besar umumnya kurang percaya dengan perusahaan yang menawarkan produk dan jasa nya dengan harga murah. Diantaranya terkait dengan factor kepercayaan tadi. Saya pernah menawarkan produk software untuk perbankan dengan harga yang lebih murah dibanding vendor lain, namun justru tidak dipilih karena menurut mereka tidak masuk akal software tadi bisa semurah itu. Rupanya saya amati pelanggan korporasi yang besar umumnya tidak memiliki kepercayaan pada software2 dengan harga murah.

Kedua: Kelangsungan usaha Anda. Sebetulnya banyak faktor yang menjadi komponen dalam penentuan harga. Diantaranya aspek biaya untuk pengembangan dan mempertahankan usaha. Saya sering menerima keluhan dari rekan2 saya sesama pebisnis IT soal tidak kompetitifnya para pebisnis/konsultan IT di Indonesia dibanding rekan2 nya dari negara lain. Padahal dari segi harga sudah banting2an. Tetap saja konsultan "bule" atau konsultan dari India lebih laku. Padahal ini pertempuran di kandang sendiri.

Kenapa bisa terjadi? Sebagian besar disebabkan kesalahan strategi harga yg selama ini dilakukan. Teman-teman saya kebanyakan terlanjur "jual murah" jasa mereka. Dampaknya adalah, mereka sendiri akhirnya hanya bisa memperoleh profit sekedar untuk bertahan hidup. Jadi jangan tanya soal melakukan research & development atau melakukan peningkatan pengetahuan. Akhirnya pengetahuannya stagnant, tidak ada improvement, kualitas delivery nya buruk, dan kelangsungan usaha nya tidak terjamin. Jadi bagaimana mau tetap kompetitif dan sustainable?

Ketiga: Memicu perang harga. Sekali Anda melakukan strategi banting harga, maka pesaing Anda akan melakukan hal yang sama. Dan ketika sebagian besar pesaing sudah menjual harga di bawah harga Anda, maka Anda akan terpaksa membanting harga lagi, dan seterusnya hingga menjadi pusaran yang menyedot Anda dan pesaing2 Anda untuk sama-sama kandas ke dasar. Siapa yang diuntungkan? Pelanggan? Tidak. Tidak ada yang diuntungkan. Bahkan pelanggan pun akan rugi jika para penyedia produk dan jasa yang mereka perlukan ambruk satu demi satu.

Banyak pendatang baru dalam bisnis mengira bahwa mereka pasti akan menang dalam perang harga dibanding pesaing2 yang sudah raksasa. Kenyataannya adalah sebaliknya. Para raksasa tadi lebih siap untuk melakukan perang harga dibanding Anda. Mereka punya infrastruktur yang lebih siap, jaringan yang lebih luas, supplier yang lebih murah dan akomodatif, dsb. Mereka bisa memenangkan perang harga dengan sekali tepuk. Jadi jangan coba-coba membangungkan raksasa tidur.

Alternatif

Strategi menekan harga harus Anda tempatkan pada konteks nya. Sebagai bagian dari taktik mungkin OK dilakukan pada waktu tertentu. Namun jika konteksnya adalah untuk menjadi kompetitif, ada banyak alternatif yang tidak akan menyakiti bottom-line Anda. Banyak metode yang mungkin Anda pernah dengar. Diantaranya menurut saya yang cukup efektif adalah:

Jadikan eksklusif. Jika produk atau jasa Anda menjadi eksklusif, maka persaingan harga menjadi tidak relevan. Orang akan loyal dan mau membayar lebih mahal untuk eksklusivitas. Jangan jadikan produk atau jasa Anda menjadi produk komoditas yang mudah dipermainkan naik turunnya harga. Caranya bagaimana, terserah kreatifitas Anda. Kadang-kadang bukan sesuatu yang luar biasa. Di Solo dulu ada penjual nasi liwet yang hanya berjualan tengah malam. Antreannya jangan tanya. Orang rela bangun dan pergi malam-malam untuk makan nasi liwet tadi. Lho kenapa gak buka siang atau sore saja? Itulah, yang buka siang atau sore sudah banyak.

Berikan nilai tambah. Pelanggan tidak akan terlalu membandingkan harga jika mereka memperoleh banyak nilai tambah dengan menggunakan produk atau jasa Anda. Tentu Anda harus pastikan nilai tambah yang Anda berikan tidak memiliki komponen biaya tinggi. Misalnya, dalam negosiasi penjualan software Anda dapat menawarkan report gratis atau pelatihan gratis, plus layanan dukungan gratis setahun, daripada misalnya menurunkan harga,. Tentu setelah berhitung, bahwa bagaimanapun hal2 tadi toh akan mengeluarkan biaya karena harus Anda kerjakan sewaktu implementasi.

Evaluasi produk atau pelanggan berbiaya tinggi. Ya, bisa jadi selama ini keuntungan Anda terhisap oleh pelanggan atau produk tertentu yang berbiaya tinggi. Pelanggan yang over demanding, tapi nilai transaksinya kecil, harus Anda evaluasi. Jika dapat nilai transaksinya di perbesar, jika tidak sebaiknya Anda tinggalkan dang gunakan resources Anda untuk melayani pelanggan yang lebih produktif. Demikian juga produk. Barangkali ada beberapa produk tertentu yang untuk mendelivernya memakan cost cukup besar, namun kontribusinya terhadap penjualan tidak signifikan. Ini wajib di evaluasi.

Demikian beberapa kiat yang bisa Anda coba. Apalagi kalau Anda termasuk penjual yang gampang jual murah. Anda wajib hati-hati. Bisa-bisa strategi jual murah Anda bukan membuat usaha Anda makin meriah, namun justru dibelakang hari bikin Anda meriang.

3 comments:

Faif Yusuf said...

Saya pernah terjebak dalam "perang harga" waktu supply batik ke pasar beringharjo Yogyakarta.

jadinya bukan bisnis tapi kerja bhakti...he..he..

Saya bertekad untuk tidak terjebak lagi.

salam
faif

Try Atmojo said...

Betul pak, produk sy pun utk seluler sudah menjadi komoditi, semua sdh buka2an,bahkan kadang jual modal !

Tapi sekarang sy coba jual experience,image & relationship, yg membuat harga sy agak sedikit gelap.

Fuuuntastic
Try Atmojo

Fauzi Rachmanto said...

Pak Faif dan Pak Try, mantaabb! Saya sih yakin Bapak2 bisa menerapkan ini. Semoga kita semua bisa demikian Pak. Saya sendiri juga masih sering khilaf dan kalap kalo sudah pengen menang. Ujung2 nya hitungan2nya bikin "meriang". OK Pak, semoga bisnis selalu FUN dan PROFIT!