Tuesday, May 29, 2007

Mata Ketiga

Konon, di dunia persilatan, orang yang linuwih, atau orang yang punya kemampuan melebihi kemampuan orang kebanyakan, mampu melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat mata orang biasa. Misalnya, mereka konon dapat melihat medan bio energi yang menyelimuti manusia, melihat makhluk-makhluk ghaib, bahkan dapat melihat peristiwa di tempat lain, ataupun peristiwa yang akan terjadi di masa depan, yang kalau dalam bahasa Jawa nya disebut "weruh sadurunge winarah". Singkatnya, kemampuan luar biasa yang sangat membantu mereka dalam menjalani kehidupan. Tentu saja, mereka memperoleh kemampuan tadi tidak dengan cara gampang. Mereka telah menempuh berbagai latihan dan disiplin untuk membuka "mata ketiga" mereka, sehingga pandangan mereka mampu menembus hal-hal yang tidak terlihat mata biasa tadi.

Seperti halnya di dunia persilatan, di dunia usaha pun sebetulnya Anda harus memiliki "mata ketiga" untuk dapat melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat orang kebanyakan. Bukan, maksud saya ini bukan untuk melihat makhluk ghaib, namun untuk melihat peluang-peluang usaha yang lalu-lalang di depan mata, tapi selalu luput dari pandangan mata biasa kita. Makanya kita perlu disiplin dan latihan untuk membuka "mata ketiga" kita. Memang, ada beberapa orang tertentu yang dilahirkan dengan bakat untuk gampang melihat peluang bisnis. Namun, sesungguhnya semua orang memiliki kesempatan yang sama. Karena ada latihan-latihan sederhana yang jika Anda sering lakukan, akan membuat mata ketiga Anda semakin peka melihat peluang. Latihan yang akan saya paparkan sebaiknya Anda lakukan sendirian, dalam lingkungan yang tenang dan nyaman. Karena Anda harus banyak melakukan kerja otak, mirip-mirip mindstorming-nya Brian Tracy. Tentu, Anda perlu alat tulis untuk menuliskan latihan-latihan Anda. Berikut dua latihan yang ingin saya share:

Latihan yang pertama adalah latihan "Si Sukses". Caranya begini. Pikirkan dan tuliskan 20 benda yang ada disekitar Anda, dan kemudian di sebelahnya tuliskan minimal satu nama "si sukses", yaitu orang yang sukses menjalankan usaha terkait benda yang Anda tuliskan tadi. Bisa orang yang Anda kenal secara langsung, bisa juga tidak. Contoh: Komputer – Michael Dell (Dell); Kertas – Eka Cipta (Sinar Mas Group); Mi Instan – Anthony Salim (Indofood); Kopi – Howard Schultz (Starbuck); Kerudung – Nia Kurnia (Rabbani); Sepatu – Edo Edward Forrer; dst. Contoh yang saya tulis adalah figur pebisnis kelas nasional dan internasional. Namun, akan lebih bagus jika Anda mengganti dengan orang yang betul-betul Anda kenal dan dekat dengan Anda.

Awalnya mungkin sulit. Kadang-kadang Anda akan sedikit "hang" memikirkan siapa orang yang pernah sukses menjual benda yang Anda tulis. Namun, lama kelamaan Anda akan semakin mudah menemukan nama si sukses. Setelah Anda berhasil dengan latihan pertama, Anda bisa melakukan beberapa variasi latihan. Misalnya, Anda menulis 20 nama makanan dan si sukses dalam bidang makanan, 20 nama benda dan si sukses dalam bidang teknologi; dan lain-lain. Benda apa yang bisa Anda tulis? Apapun, mulai dari makanan, pakaian, peralatan, apa saja yang Anda lihat atau melintas di otak Anda. Jika Anda belum menemukan nama si sukses atas benda yang Anda tulis, skip saja dulu dan cari informasi ke teman, koran, majalah atau di internet. Karena pasti ada. Santai saja, Anda bisa mengulang latihan ini sebanyak yang Anda mau dengan variasi yang Anda sukai.

Apa makna latihan ini? Latihan ini akan membuktikan kepada Anda, bahwa untuk setiap benda yang Anda tulis, ternyata ada orang yang sukses luar biasa. Artinya, setiap benda yang Anda lihat, sebenarnya adalah prospek bisnis luar biasa yang melambai-lambai di depan mata Anda. Namun selama ini mungkin Anda abaikan, karena "mata ketiga" Anda belum terbuka.

Latihan yang kedua adalah latihan "Tantangan Satu Milyar". Dalam latihan ini Anda harus dapat menjawab tantangan: bagaimana membuat uang satu milyar rupiah, dari benda apa saja yang Anda pilih. Nama benda nya bisa Anda ambil dari salah satu yang ada di daftar latihan "si Sukses". Misalnya Anda memilih "Sepatu". Maka tantangan Anda adalah bagaimana membuat satu milyar dari benda yang bernama Sepatu ini. Ooh gampang, misalnya Sepatu nya seharga 100 ribu kalikan saja dengan 10 ribu, ketemu semilyar. Ya, tapi logika mengatakan akan sangat sulit menjual 10 ribu Sepatu dalam satu waktu. Lalu bagaimana caranya?

Caranya adalah dengan menggunakan "faktor kali". Sebagai contoh, faktor kali yang dapat Anda gunakan misalnya adalah:

  • Pertama, tentu harga produk. Misalnya adalah harga sepatu yang 100 ribu tadi.
  • Kedua, variasi produk, misalnya ada 5 jenis sepatu.
  • Ketiga, wilayah, misalnya Anda punya teman atau saudara di 4 kota, yang Anda bisa ajak memasarkan sepatu Anda
  • Keempat, reseller, misalnya di masing-masing kota, teman atau saudara Anda mengajak 5 orang rekannya untuk menjadi reseller
  • Kelima, penjualan per bulan, misalnya masing-masing reseller mendapat target menjual 10 pasang sepatu per bulan
  • Keenam, waktu, misalnya Anda berjualan selama 10 bulan

Maka, berapa uang yang Anda peroleh. Coba ambil kalkulator: 100,000 x 5 x 4 x 5 x 10 x 10 = 1000,000,000. Pas semilyar ! Selamat Anda sudah menghasilkan satu milyar. Sayangnya, baru di atas kertas, hehehe … Ya, karena latihannya baru di atas kertas, maka uang nya juga baru di atas kertas. Kalau mau uang beneran ya Anda harus take action di dunia nyata.

Anda dapat melakukan banyak variasi dari latihan ini. Misalnya ganti semilyar dengan sepuluh milyar, seratus milyar, dsb. Demikian juga dengan faktor kali nya, ciptakan faktor kali-faktor kali sendiri sesuai imajinasi Anda. Bisa Anda buktikan sendiri, semakin banyak faktor kali semakin masuk akal. Seorang reseller yang menjual 10 pasang sepatu perbulan selama sepuluh bulan, tentu lebih masuk akal dibanding menjual 10 ribu sepatu dalam satu hari.

Apa makna latihan ini? Bahwa ternyata menghasilkan satu milyar atau bahkan sepuluh milyar dari barang-barang di sekitar Anda itu sangat mungkin, jika Anda memanfaatkan faktor kali. Lakukan latihan ini sesering mungkin, sehingga setiap kali Anda melihat suatu benda, Anda bisa melihat uang satu milyar di dalamnya.

Dengan latihan-latihan tadi, insyaAllah "mata ketiga" bisnis Anda akan terbuka lebar, dan Anda bisa melihat peluang dimana-mana.

Wednesday, May 23, 2007

Mengatasi Masalah Dengan Masalah

Siapa yang pernah berhutang mohon tunjuk jari? Saya yakin hampir semua yang membaca tulisan ini akan tunjuk jari. Termasuk saya sendiri. Siapa yang pernah punya masalah dengan hutang harap tunjuk jari? Nah, sekarang banyak yang tidak tunjuk jari tapi malah senyum-senyum. Mungkin ada yang teringat pengalaman pribadinya, atau mungkin sulit untuk mengakuinya. Meski kadang kita malu mengakuinya, saya yakin banyak diantara kita yang pernah memiliki masalah dengan hutang. Entah dari sekedar terlambat membayar kartu kredit hingga tiap hari ditelpon petugas kartu kredit, hingga didatangi debt collector yang kasar dan serem.

Untuk apa kita berhutang? Umumnya hutang digambarkan sebagai "solusi atas masalah keuangan kita". Lihat saja iklan2 produk perbankan, semua menggambarkan hutang sebagai solusi. Hutang memang akan menjadi solusi ketika kita bisa mengelola nya dengan benar. Namun dapat menjadi masalah ketika tidak dikelola dengan baik. Dan yang lebih penting lagi, ketika hutang sudah menjadi masalah, bagaimana mengatasinya?

Bagi Anda yang pernah ada dalam posisi berhutang dan merasakan beratnya membayar hutang, pasti ingat alternatif apa yang kita pikirkan ketika hutang menjadi masalah. Ya, berhutang lagi. Hampir selalu begitu. Pengalaman saya bekerja di perbankan adalah demikian. Sebagian besar debitur yang bermasalah, akan mencoba mengatasi masalah dengan menambah hutang. Ini sama saja mengatasi masalah dengan masalah. Hasilnya ya masalah yang lebih besar.

Saya juga pernah dalam posisi berhutang, dan Alhamdulillah dapat mengatasinya. Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah saya dulu? Ternyata bukan dengan berhutang lagi. Masalah ternyata tidak dapat diselesaikan dengan masalah, namun harus diselesaikan secara tuntas dari dalam ke luar (inside-out). Ibarat pengobatan, harus dari dalam, baru manjur. Berikut sharing pengalaman saya:

Jangan menghindar. Mengalami masalah dalam berhutang itu wajar dan dapat diselesaikan. Jadi Anda jangan sampai menghindar dari pemberi hutang. Semakin Anda menghindar, masalah akan semakin besar. Hadapi dan ajak bicara baik-baik. Tawarkan solusi dan ajak diskusi. Mereka juga berkepentingan supaya Anda mampu membayar hutang. Anda juga tidak perlu merasa dalam posisi di bawah. Hubungan bisnis itu posisinya setara. Para konglomerat yang punya hutang trilyunan saja (dan nunggak bertahun-tahun!) kalau bernegosiasi dengan pejabat pemerintah tampil super pe-de. Jadi kalau hutang Anda masih puluhan atau ratusan juta ya santai aja.

Jangan membuat pikiran kita terpaku dengan memikirkan masalah hutang. Semakin dipikirkan, maka masalah akan semakin berat. Lagipula, suatu masalah tidak akan selesai dengan dipikirkan. Sebagai ganti nya, mulailah berpikir tentang peluang-peluang dan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh uang tambahan TANPA BERHUTANG. Kalau kita berpikiran bahwa solusi akan datang dengan cara mencari hutang lagi, maka itu yang akan terjadi. Jadi stop memikirkan bahwa kita akan menambah hutang untuk menutup hutang. Pikirkan peluang.

Mungkin Anda akan protes, walah susah nih, bagaimana caranya? Peluang apa? Hari ini mungkin Anda belum kepikiran, tapi InsyaAllah Tuhan akan memberikan pertolongan ketika Anda mulai berpikir tentang peluang. Perhatikan sekitar Anda, adakah peluang untuk menghasilkan uang tambahan secara halal dengan cepat? Saya yakin pasti ada. Ketika kita mulai berpikir tentang peluang, pintu rizki akan terbuka. Saya pernah membuktikannya.

Terus bersyukur. Ini yang paling berat. Mana mungkin dalam keadaan babak-belur "terjepit hutang" masih bersyukur. Justru disini tantangannya. Tuhan Maha Bijaksana. Pengalaman berhutang ini tentu ada maksudnya. Saya yakin maksud tadi adalah baik untuk Anda. Barangkali akan mengantarkan Anda pada posisi yang jauh lebih baik. Maka tidak ada alasan untuk tidak bersyukur. Tiap detik, tiap waktu, ucapkan rasa syukur di hati dan di bibir. Caranya dengan mengingat-ingat anugerah dari Tuhan yang sudah Anda terima. Anak Anda yang lucu-lucu, pasangan Anda yang baik, Pekerjaan Anda yang diperebutkan ribuan orang, bisnis Anda yang Alhamdulillah masih berjalan, dan banyak lagi. Ini penting untuk menjaga agar hati Anda selalu dalam keadaan "feel good". Peluang tidak akan datang kepada orang dengan pikiran yang suntuk dan hati yang terus menggerutu. Ganti isi pikiran dan hati Anda dengan rasa syukur yang mendalam.

Tetap berbahagia. Masalah serius yang saya amati dari orang yang menghadapi masalah hutang adalah mereka menjadi tidak bahagia. Mereka merasa jadi orang susah. "Aura" susah ini terpancar keluar dan akhirnya mereka canggung dalam berbisnis, akibatnya bisnis ya makin susah. Anda harus selalu berbahagia. Hutang Anda terjadinya di dunia "luar" Anda. Diri Anda yang ada di dalam Anda tidak terpengaruh apapun yg terjadi di luar sana. Kalau Anda mau bahagia, maka jadilah Anda bahagia SEKARANG, apapun keadaan Anda. Dengan selalu bahagia, "aura" bahagia Anda akan selalu terpancar, bahasa tubuh Anda akan enak, ngomong lancar, berbisnis pun lancar. Susah dipahami ya? Hehehe … kalau gitu praktekkan saja.

Ambil tindakan. Ketika ada peluang untuk mendapatkan rizki tambahan tanpa berhutang, segera ambil tindakan. Sekecil apapun itu. Kadang Tuhan bekerja dengan misterius. Hal-hal yg kelihatannya kecil dan sepele, kadang menjadi besar dan membawa berkah di masa depan. Jangan ada hari tanpa tindakan. Mulai setiap hari Anda dengan semangat, karena Anda tahu akan melakukan apa hari ini.

Pasrahkan. Dengan tetap berusaha, selalu pasrahkan pada Tuhan penyelesaian terbaiknya. Let it God. Tuhan Maha Tahu dan Bijaksana, pasti akan memberikan solusi yang terbaik. Kadang Tuhan membayarkan hutang Anda dengan cara yang unik, maka Anda harus selalu open-minded. Saya pernah melunasi hutang saya dengan cara barter. Hutang saya, ternyata dapat saya tukar dengan skill dan knowledge (software) yang zero cost buat saya. Peluangnya datang begitu tiba-tiba, ketika orang yang memberi hutang menanyakan dimana mencari vendor suatu software yang dia perlukan. Langsung saya sambar kesempatan ini dengan menyatakan bahwa saya bisa memberikan. Besoknya langsung saya majukan proposal. Dan ketika matanya terbelalak membaca angka di proposal saya, saya berbaik hati memberikan secara gratis, asal hutang saya dianggap nol. Kami langsung berjabat tangan.

Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Termasuk hutang. Bahkan masalah yang Anda hadapi mungkin adalah salah satu bagian dari pembelajaran Anda menjadi pebisnis besar. Kalau mengatasi hutang puluhan juta saja tidak bisa bagaimana nanti jadi konglomerat yang punya hutang ratusan milyar? Jadi bagi yang sedang punya masalah dengan hutang, tetap semangat, selalu bersyukur, dan selalu hadirkan kebahagiaan di hati. InsyaAllah semua akan beres. (FR)

Tuesday, May 22, 2007

Tiga Murid

Sang Guru bijak, pagi itu menerima kembali tiga murid terbaiknya, yang telah pergi merantau selama tiga tahun. Mereka turun gunung dari kampung ke kampung dan dan dari kota ke kota, untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan dari Sang Guru: Apakah makna kekayaan bagi manusia? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menentukan, siapakah yang akan menjadi pengganti sang Guru kelak. Maka kini tibalah saatnya bagi mereka untuk menjawab pertanyaan Sang Guru:

Murid Pertama berkata: Ya Guru, setelah tiga tahun merantau, murid sampai pada kesimpulan, bahwa kekayaan adalah akar kejahatan. Dalam perjalanan, murid banyak menjumpai anak manusia yang rela melakukan berbagai kejahatan, melakukan tipu muslihat, kecurangan, perampokan bahkan pembunuhan untuk memperolah kekayaan. Bahkan setelah meraih kekayaan, mereka kemudian menggunakan kekayaan tadi untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji. Mereka gunakan kekayaan untuk berjudi, berzina, mabuk-mabukan dan madat. Tidak ada kebaikan sedikitpun dari kekayaan. Demikianlah pengamatan murid, oh Guru.

Sang Guru: Oh menarik sekali pengamatanmu murid. Lalu menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?

Murid Pertama: Manusia harus menjauhkan diri dari kekayaan yang merupakan sumber kejahatan ini Guru. Supaya selalu dekat dan ingat kepada Yang Maha Esa, kita harus hidup jauh dari kekayaan. Kita dekatkan diri kita kepada Yang Maha Esa dengan meninggalkan ikatan keduniawian seperti halnya kekayaan ini Guru. Kita harus memurnikan hati kita dengan meninggalkan hal-hal yang dapat membuat hati kita terpaut kepada selain Tuhan Yang Maha Esa. Demikian menurut pendapat murid, oh Guru.

Sang Guru tersenyum: Engkau sungguh memiliki kemuliaan wahai murid pertama. Aku bangga kepadamu.

Murid Kedua: Mohon maaf Guru, murid punya pendapat yang berbeda. Selama perjalanan, murid banyak berjumpa dengan raja dan saudagar kaya yang sangat dermawan. Mereka membangun tempat ibadah, mereka membangun tempat tinggal untuk orang miskin, mereka menyantuni anak yatim, mereka memberi makanan dan pertolongan untuk orang yang kesusahan. Mereka mencari kekayaan yang sangat banyak, namun juga menggunakannya untuk kebaikan banyak orang. Murid sampai pada satu kesimpulan, bahwa kekayaan adalah sumber kebaikan, yang akan membawa umat manusia kepada kebaikan. Demikian pendapat murid, oh Guru.

Sang Guru: Oh, sungguh luar biasa pengamatanmu muridku. Lalu menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?

Murid Kedua: Manusia harus mencari kekayaan sebanyak-banyaknya Guru. Dengan memiliki kekayaan yang cukup, maka manusia dapat menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dengan kekayaan yang cukup maka manusia dapat memperolah pendidikan yang baik, dapat beribadah dengan tenang, dapat bersedekah, dapat menolong keluarga dan sesama manusia yang membutuhkan. Manusia tidak boleh hidup dalam kemiskinan Guru. Kita harus melakukan seganap upaya agar manusia terbebas dari kemiskinan dan memperoleh kekayaan. Demikian pendapat murid.

Sang Guru tersenyum: Engkau adalah samudera kebijaksanaan wahai murid kedua. Aku bangga kepadamu.

Sang Guru berpaling ke Murid Ketiga: Murid ketiga, bagaimana menurutmu?

Murid Ketiga: Guru, selama perjalanan, murid telah berjumpa dengan orang kaya yang baik, namun ada juga orang kaya yang jahat. Murid bertemu dengan orang miskin yang baik, dan ada orang miskin yang jahat. Murid menjumpai ada orang kaya yang taat beribadah dan selalu ingat pada Tuhan nya, namun ada juga orang kaya yang lupa pada Tuhan. Seperti halnya ada orang miskin yang selalu ingat pada Tuhan, dan ada juga orang miskin yang lupa pada Tuhan. Banyak orang kaya yang …

Sang Guru tersenyum: Jadi apa maksudmu muridku yang baik?

Murid Ketiga: Maksud murid, ternyata kekayaan adalah sekedar alat. Semuanya akan kembali kepada diri kita sebagai manusia. Manusia yang memiliki tujuan hidup yang baik, akan menggunakan kekayaan sebagai alat untuk mewujudkan kebaikan. Demikian maksud murid, oh Guru.

Sang Guru: Lalu menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?

Murid Ketiga: Manusia haruslah mengetahui hendak kemana ia akan menuju. Dengan demikian, apa pun yang dimilikinya di dunia ini hanyalah alat, bukan tujuan. Termasuk kekayaan.

Sang Guru: Lalu hendak kemanakah manusia menuju?

Murid Ketiga: Manusia adalah semata ciptaan Yang Maha Esa. Kesanalah semua manusia menuju. Jika manusia menyadari tujuannya, kekayaan dapat menjadi kendaraan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa. Namun jika sebaliknya, maka kekayaan dapat juga menjauhkan manusia dari Yang Maha Esa.

Sang Guru tersenyum: Muridku, sungguh engkau adalah sumber kebijaksanaan dan samudera pengetahuan.

Sang Guru menundukkan kepala menghormat murid ketiga: Engkaulah Guru baru di perguruan ini.

Dan kedua murid yang lain, serentak menunduk hormat pada Murid Ketiga.(FR)

Murah, Meriah, Meriang.

Siapa yang tidak mau barang murah? Tentu semua orang mau. Pembeli pasti mencari produk atau jasa dengan harga yang paling murah. Mungkin karena logika tadi, penjual sering menerapkan strategi "jual murah" untuk memenangkan kompetisi. Banting harga. Jual dengan margin sekecil mungkin, demi memenangkan persaingan. Strategi ini yang sering digunakan terutama oleh para pendatang baru supaya eksis di market. Termasuk saya, adalah orang yang sering menerapkan strategi ini ketika harus bersaing dengan para raksasa. Tapi betulkah strategi ini efektif? Hehehe … jujur saja menurut pengalaman saya tidak.

Dalam jangka pendek, memang harga yang murah dapat membuat produk atau jasa kita kompetitif, namun dalam jangka panjang ternyata lebih banyak bikin Anda meriang. Ada beberapa alasan mengapa secara jangka panjang, strategi harga rendah bukanlah penentu kemenangan:

Pertama: Faktor kepercayaan. Harga yang murah biasanya diikuti dengan pertanyaan: bagaimana kualitasnya? Ya, produk murah yang tidak diikuti dengan kualitas yang baik, malah biasanya dihindari pelanggan. Karena bagaimanapun, pelanggan membeli suatu produk atau jasa, dengan harapan memperoleh manfaat tertentu. Jika harga yang murah tadi tidak disertai dengan manfaat minimal yang seharusnya diperoleh, maka pelanggan akan kapok. Contoh sederhananya, dulu saya pernah tertipu membeli durian di tukang buah keliling yang harganya murah sekali. Ternyata setelah dibuka, tidak lebih dari setengahnya yang enak dimakan. Setelah itu saya hanya mau membeli durian di toko buah yang terpercaya.

Di industri jasa yang saya tekuni juga demikian. Perusahaan-perusahaan besar umumnya kurang percaya dengan perusahaan yang menawarkan produk dan jasa nya dengan harga murah. Diantaranya terkait dengan factor kepercayaan tadi. Saya pernah menawarkan produk software untuk perbankan dengan harga yang lebih murah dibanding vendor lain, namun justru tidak dipilih karena menurut mereka tidak masuk akal software tadi bisa semurah itu. Rupanya saya amati pelanggan korporasi yang besar umumnya tidak memiliki kepercayaan pada software2 dengan harga murah.

Kedua: Kelangsungan usaha Anda. Sebetulnya banyak faktor yang menjadi komponen dalam penentuan harga. Diantaranya aspek biaya untuk pengembangan dan mempertahankan usaha. Saya sering menerima keluhan dari rekan2 saya sesama pebisnis IT soal tidak kompetitifnya para pebisnis/konsultan IT di Indonesia dibanding rekan2 nya dari negara lain. Padahal dari segi harga sudah banting2an. Tetap saja konsultan "bule" atau konsultan dari India lebih laku. Padahal ini pertempuran di kandang sendiri.

Kenapa bisa terjadi? Sebagian besar disebabkan kesalahan strategi harga yg selama ini dilakukan. Teman-teman saya kebanyakan terlanjur "jual murah" jasa mereka. Dampaknya adalah, mereka sendiri akhirnya hanya bisa memperoleh profit sekedar untuk bertahan hidup. Jadi jangan tanya soal melakukan research & development atau melakukan peningkatan pengetahuan. Akhirnya pengetahuannya stagnant, tidak ada improvement, kualitas delivery nya buruk, dan kelangsungan usaha nya tidak terjamin. Jadi bagaimana mau tetap kompetitif dan sustainable?

Ketiga: Memicu perang harga. Sekali Anda melakukan strategi banting harga, maka pesaing Anda akan melakukan hal yang sama. Dan ketika sebagian besar pesaing sudah menjual harga di bawah harga Anda, maka Anda akan terpaksa membanting harga lagi, dan seterusnya hingga menjadi pusaran yang menyedot Anda dan pesaing2 Anda untuk sama-sama kandas ke dasar. Siapa yang diuntungkan? Pelanggan? Tidak. Tidak ada yang diuntungkan. Bahkan pelanggan pun akan rugi jika para penyedia produk dan jasa yang mereka perlukan ambruk satu demi satu.

Banyak pendatang baru dalam bisnis mengira bahwa mereka pasti akan menang dalam perang harga dibanding pesaing2 yang sudah raksasa. Kenyataannya adalah sebaliknya. Para raksasa tadi lebih siap untuk melakukan perang harga dibanding Anda. Mereka punya infrastruktur yang lebih siap, jaringan yang lebih luas, supplier yang lebih murah dan akomodatif, dsb. Mereka bisa memenangkan perang harga dengan sekali tepuk. Jadi jangan coba-coba membangungkan raksasa tidur.

Alternatif

Strategi menekan harga harus Anda tempatkan pada konteks nya. Sebagai bagian dari taktik mungkin OK dilakukan pada waktu tertentu. Namun jika konteksnya adalah untuk menjadi kompetitif, ada banyak alternatif yang tidak akan menyakiti bottom-line Anda. Banyak metode yang mungkin Anda pernah dengar. Diantaranya menurut saya yang cukup efektif adalah:

Jadikan eksklusif. Jika produk atau jasa Anda menjadi eksklusif, maka persaingan harga menjadi tidak relevan. Orang akan loyal dan mau membayar lebih mahal untuk eksklusivitas. Jangan jadikan produk atau jasa Anda menjadi produk komoditas yang mudah dipermainkan naik turunnya harga. Caranya bagaimana, terserah kreatifitas Anda. Kadang-kadang bukan sesuatu yang luar biasa. Di Solo dulu ada penjual nasi liwet yang hanya berjualan tengah malam. Antreannya jangan tanya. Orang rela bangun dan pergi malam-malam untuk makan nasi liwet tadi. Lho kenapa gak buka siang atau sore saja? Itulah, yang buka siang atau sore sudah banyak.

Berikan nilai tambah. Pelanggan tidak akan terlalu membandingkan harga jika mereka memperoleh banyak nilai tambah dengan menggunakan produk atau jasa Anda. Tentu Anda harus pastikan nilai tambah yang Anda berikan tidak memiliki komponen biaya tinggi. Misalnya, dalam negosiasi penjualan software Anda dapat menawarkan report gratis atau pelatihan gratis, plus layanan dukungan gratis setahun, daripada misalnya menurunkan harga,. Tentu setelah berhitung, bahwa bagaimanapun hal2 tadi toh akan mengeluarkan biaya karena harus Anda kerjakan sewaktu implementasi.

Evaluasi produk atau pelanggan berbiaya tinggi. Ya, bisa jadi selama ini keuntungan Anda terhisap oleh pelanggan atau produk tertentu yang berbiaya tinggi. Pelanggan yang over demanding, tapi nilai transaksinya kecil, harus Anda evaluasi. Jika dapat nilai transaksinya di perbesar, jika tidak sebaiknya Anda tinggalkan dang gunakan resources Anda untuk melayani pelanggan yang lebih produktif. Demikian juga produk. Barangkali ada beberapa produk tertentu yang untuk mendelivernya memakan cost cukup besar, namun kontribusinya terhadap penjualan tidak signifikan. Ini wajib di evaluasi.

Demikian beberapa kiat yang bisa Anda coba. Apalagi kalau Anda termasuk penjual yang gampang jual murah. Anda wajib hati-hati. Bisa-bisa strategi jual murah Anda bukan membuat usaha Anda makin meriah, namun justru dibelakang hari bikin Anda meriang.

Tuesday, May 15, 2007

Cara Gampang Kehilangan Pelanggan

Ya, Anda gak salah baca, saya mau kasih tips bagaimana caranya supaya Anda dengan mudahnya kehilangan pelanggan. Sebenarnya tips saya kali ini ada latar-belakangnya. Saya mau cerita dulu sedikit. Baru-baru ini saya mendapat pelajaran berharga dari rekan-rekan saya di Quasar (www.quasar.net.id), salah satu ISP terkemuka di Bandung yang menyediakan koneksi internet unlimited. Sesuai kebutuhan saya. Saya tadinya adalah salah satu pelanggan yang bangga dan setia kepada mereka. Sayangnya, kesetiaan saya bertepuk sebelah tangan. Rekan-rekan di Quasar ini tidak memberikan pelayanan yang memuaskan kepada saya. Singkatnya, setelah mengalami begitu banyak kekecewaan, saat ini saya sedang mempertimbangkan untuk mengganti provider koneksi internet saya.

Saya jadi berpikir, ternyata begitu mudahnya saya sebagai pelanggan untuk pindah ke lain hati. Terus terang saya berterimakasih sama Quasar, karena telah mendapat pelajaran berharga dari mereka. Ternyata memang ada hal-hal yang akan membuat pelanggan dengan cepat ingin berpaling. Anda ingin tahu? Berikut cara gampang kehilangan pelanggan:

1. Berikan janji melebihi kemampuan delivery Anda. Ini cara paling efektif untuk mengecewakan pelanggan. Sewaktu jualan, buatlah janji-janji setinggi langit, sekalipun Anda tidak mampu mendeliver yang Anda janjikan tadi. Pasti nanti pelanggan Anda akan protes. Nah, ketika mereka protes, Anda harus pinter ngeles, jadi dalam janji Anda yang super gombal tadi, gunakanlah kata2 yang sedikit membingungkan supaya Anda dapat berlindung dibalik kata-kata tadi. Contoh? "Proses cepat, up-to 1 hari selesai". Padahal sudah tahu Anda bisanya mengerjakan paling cepet 5 hari. Kalau pelanggan protes bagaimana? Ya Anda jawab saja "kan up-to 1 hari", jadi 5 hari masih masuk. Menyebalkan bukan? Ya, dijamin pelanggan cepat kabur.

2. Abaikan Pelanggan. Sedapat mungkin jangan berkomunikasi dengan pelanggan. Jangan lakukan komunikasi langsung, apalagi yg tidak langsung. Jika Anda memberikan nomor telpon hotline, kemudian pelanggan nelpon, jangan diangkat. Biarkan berdering-dering, toh nanti pelanggan tadi akan bosan sendiri. Atau jika pelanggan berhasil menelpon melalui operator, buatlah pelanggan menjadi repot, lemparkan saja ke ekstension lain, di oper2 saja, nah nanti ujung-ujungnya tidak diangkat juga, lalu katakan supaya menghubungi di lain waktu, dst. Pokoknya hindari komunikasi dengan pelanggan. Kalau pelanggan nekat email, jangan dijawab. Anggap saja tidak ada. Kalau terlanjur masuk mailbox Anda, ya delete saja.

3. Anda selalu benar, pelanggan selalu salah. Ini harus jadi motto Anda. Kalau perlu motto ini Anda print besar2 dan tempelkan di dinding tempat kerja Anda. Kalau pelanggan berhasil menyampaikan keluhan pada Anda, bersikaplah defensive, pertahankan bahwa Anda benar dan pelanggan salah. Berdebatlah, mati-matian, jangan sampai terlihat Anda yang salah. Alasannya bisa seribu satu, pokoknya harus pelanggan dulu yang salah. Sebelum kita disalahkan. Argumentasi Anda tidak perlu berorientasi pada solusi. Jangan dengarkan feed-back dari pelanggan. Kalau mereka memberikan masukan bagaimana seharusnya Anda membuat atau mendeliver produk, abaikan saja. Anda harus merasa lebih pintar dari mereka. Kalau perlu bohongi mereka, anggap mereka tidak tahu apa-apa. Pokoknya pelanggan harus menerima segala alasan yang kita berikan.

4. Berikan kejutan tidak menyenangkan. Coba Anda bayangkan kalau Anda pergi ke bank dan tiba-tiba ada pengumuman: maaf hari ini tidak melayani transaksi, sedang ada maintenance system sampai waktu yang tidak ditentukan. Menyebalkan bukan? Nah kalau ingin kehilangan pelanggan, berikanlah kejutan-kejutan menyebalkan seperti itu.

5. Berikan ketidakpastian. Bekerjalah tanpa agenda dan jadwal yang jelas. Sehingga Anda tidak pernah bisa memberikan kepastian kepada customer. Jika customer meminta solusi dan menanyakan kapan? Jawablah "secepatnya". Secepatnya itu kapan? Ya secepatnya. Gunakan istilah2 seperti "sampai waktu yang tidak ditentukan", dsb. Biarkan saja pelanggan menunggu dan menunggu. Semakin tidak pasti Anda, semakin customer ingin meninggalkan Anda.

Silakan Anda terapkan tips diatas, maka Anda akan segera kehilangan pelanggan. Anda gak mau? Gak mau kehilangan pelanggan? Ya sudah, kalau gitu sedapat mungkin tips2 tadi harus Anda hindari. Saya sekedar mengingatkan saja, siapa tahu secara tidak sadar justru tips diatas sering kita laksanakan. Oh ya, untuk Quasar, thanks atas pelajarannya.(FR)

Monday, May 07, 2007

Putar Kunci Sukses Anda

Dalam berbagai versinya, Anda tentu pernah mendengar cerita klasik ini: Seseorang pergi meninggalkan rumahnya untuk pergi merantau mencari harta karun. Dengan perjalanan yang penuh perjuangan, tantangan dan rintangan, akhirnya yang ia temukan adalah kenyataan, bahwa harta karun yang ia cari selama ini terpendam di dalam rumahnya sendiri! Versi cerita yang sangat indah dan inspiratif tentunya pernah Anda baca di novel "the Alchemist" nya Paulo Coelho. Namun versi lain dari cerita ini bahkan sudah ada di kumpulan syair "Mathnawi" karangan Jalaludin Rumi. Cerita-cerita tadi seolah adalah pesan universal yang ingin menyampaikan satu rahasia kepada kita: bahwa yang selama ini kita cari-cari, sudah ada dalam diri kita.

Selama ini sebagian besar dari kita mendefinisikan sukses sebagai pencapaian atas hal-hal yang sesungguhnya merupakan akibat dari sukses, bukan sukses itu sendiri. Misalnya kita baru akan sukses jika sudah memiliki uang dalam jumlah tertentu, memiliki barang tertentu, atau ada dalam konsisi tertentu. Maka mulailah Anda mencari sukses diluar sana. Mulailah Anda menempuh perjalanan mencari harta karun Anda. Siang jadi malam, malam jadi siang, Anda sibuk kesana kemari, tapi kok Anda merasa tidak kunjung "sukses". Saking sibuknya Anda mencari di dunia luar Anda, sampai Anda lupa bahwa barangkali yang Anda cari2 sebenarnya sudah ada di dalam diri Anda.

Jika Anda mendefinisikan sukses sebagai kepemilikan atas benda atau situasi yang melingkupi Anda, maka sikap yang oleh Deepak Chopra dalam "Seven Spiritual Laws of Success" disebut sebagai "object-referral" tadi justru akan membelenggu Anda dengan kebutuhan pengakuan, kebutuhan untuk menguasai, kebutuhan untuk mengendalikan, dsb, yang semuanya akan berujung pada ketakutan. Ketakutan akan kehilangan, ketakutan tidak diakui, ketakutan tidak bisa memiliki, dan berbagai ketakutan lain yang semuanya bersumber pada object2 di luar diri Anda. Padahal object2 di luar diri Anda semuanya adalah hal yang semu. Hari ini ada, besok bisa lenyap tidak ada. Hari ini bisa begitu istimewa, besok tidak ada artinya. Anda akan frustasi jika mengejar sesuatu yang semu seperti itu.

Jadi dari mana memulai sukses Anda? Semua sudah ada dalam diri Anda. Diri Anda yang sejati adalah sukses itu sendiri. Master your mind, master your destiny, kalau kata Adam Khoo, sukses adalah mindset, kata Jennie S. Bev, change your thinking, change your life, kata Brian Tracy, change what's going on inside your mind, kata Bob Proctor. Semua guru sukses menyerukan hal yang sama. Mulailah dari dalam diri Anda. Kalau sukses sudah ada dalam diri Anda, artinya Anda tidak perlu mencari sukses, atau mencoba untuk sukses. Anda bisa "menjadi" sukses, "be success", saat ini juga.

Namun sukses yg ada dalam diri Anda tadi bagaikan harta karun yg tertutup rapat di dalam peti pikiran Anda. Sementara Anda sibuk mencari harta karun di luar sana. Ia tersembunyi bagaikan "hidden treasure" yang menunggu dengan setia. Menunggu Anda untuk segera tersadar dan membuka kunci sukses Anda. Pada saat pikiran dan perasaan Anda menyatakan bahwa Anda "be" sukses. Maka Anda sudah memutar kunci untuk membuka kesuksesan Anda. Dan jadilah Anda sukses.

Cukup sampai disitu? Tentu tidak. Setiap saat, jika tidak berhati-hati, maka Anda akan kembali memenjarakan kesuksesan Anda kedalam peti harta karun tadi. Paling tidak ada empat hal yang harus Anda jaga supaya Anda selalu membawa sukses beserta Anda.

Pertama adalah pikiran. Jaga pikiran Anda sebagaimana orang sukses berpikir. Orang sukses selalu berpikir tentang peluang, opportunity dan harapan. Orang yang sukses pikirannya diisi dengan optimisme masa depan. Orang yang sukses selalu meluangkan waktu untuk memikirkan rencana nya di masa mendatang, memvisualisasikan apa yang ingin diwujudkannya di masa mendatang. Pikiran orang sukses terus diisi dengan ilmu-ilmu baru untuk meningkatkan kualitas dirinya. Orang sukses tidak pernah mengisi pikirannya dengan hal-hal diluar kendali nya, seperti kejadian2 yang berlangsung di masa lalu, kejadian yang tidak berkenaan dengan dirinya seperti gossip, kehidupan orang lain, dsb.

Yang kedua, adalah perasaan. Perasaan orang sukses dipenuhi dengan rasa syukur atas apa yang telah ia terima dan yang akan ia terima. Ya, bahkan ia telah mensyukuri apa yang baru akan dia terima. Karena perasaanya dipenuhi oleh keyakinan, bahwa apa yang sedang ia upayakan ditakdirkan untuknya, dan ia bersyukur untuk itu. Perasaannya juga jauh dari kebencian dan prasangka. Ia tidak pernah iri dengan sukses orang lain, karena tahu ia juga sukses. Hatinya diluputi dengan cinta, karena ia tahu bahwa yang ia lakukan adalah perwujudan dari rasa cinta. Cinta nya pada Rabb-nya, dan kepada orang-orang yang disayanginya.

Yang ketiga adalah perkataan. Mulai sekarang berkata-kata lah seperti orang sukses. Pelajari bagaimana orang sukses berbicara, dan lakukan hal yang sama. Orang yang sukses tidak akan pernah mengucapkan kata-kata yang pesimis. Yang keluar dari mulutnya adalah semangat dan ucapan-ucapan yang membesarkan hati. Orang sukses tidak akan mengeluarkan kata-kata yang merendahkan diri nya atau orang lain. Orang sukses selalu menggunakan kalimat yang positif dan membesarkan hati, baik untuk dirinya sendiri atau orang lain.

Kemudian yang terakhir adalah tindakan. Melalui tindakan, orang sukses mengalami sukses nya. Tindakan seperti apa yang dilakukan orang sukses? Mereka akan selalu take action begitu ada peluang. Mereka aktif menyambut rejeki yang sudah menjadi miliknya. Mereka menikmati setiap tindakan sebagai ekspresi dari sukses nya. Mereka berbagi kepada sesamanya, mereka ringan tangan membantu yang membutuhkan. Mereka sadar bahwa setiap tindakan mereka, adalah manifestasi kesuksesan.

Dengan empat hal tadi, insyaAllah sukses Anda yang ada dalam diri Anda akan mewujud dalam hal-hal diluar diri Anda. Anda akan menarik kedalam hidup Anda setiap kejadian, situasi, orang, benda, yang merupakan buah dari sukses Anda. Dan pada saat itu terjadi, orang sukses akan tetap tenang dan terus menjalankan empat hal diatas. Karena orang sukses sudah mencapai tahap "tidak bersedih terhadap apa yang lepas dari tangan mu, dan tidak bangga terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu". (FR)

Thursday, May 03, 2007

Asset atau Net Worth?

Saya lagi ingin menulis topik yang membosankan. Apalagi kalau bukan dunia keuangan. Membosankan tapi kok ya penting. Jadi OK lah saya tulis aja. Kali ini tentang perbedaan Asset dan Net worth. Sering kita mendengar ungkapan, wah hebat assetnya meningkat dua kali lipat, dsb. Ini sejak lama menggelitik saya. Kenapa asset yang jadi perhatian? Bukan net-worth?

Atau Anda mungkin pernah dengar istilah "high net-worth individuals"? Dalam Bahasa Indonesianya kurang lebih adalah "para individu dengan kekayaan bersih yang tinggi". Kurang enak didengar memang. Jadi kita sebut saja high net worth individuals, disingkat HNWI. Kalau Anda sering berinteraksi dengan orang-orang di dunia jasa keuangan, pasti Anda pernah mendengarnya. Ya, kaum HNWI ini adalah orang-orang yang biasanya diburu oleh para penyedia layanan perbankan investasi, private banking, priority banking, maupun bentuk investasi lain seperti deposito, reksadana, forex ataupun saham. Mengapa mereka? Ya, karena mereka memiliki kekayaan bersih (net-worth) dalam jumlah yang relatif tinggi dibanding anggota masyarakat pada umumnya.

Kalau Anda cukup jeli, mungkin Anda akan bertanya-tanya, mengapa kriterianya adalah "net-worth", bukan "asset"?. Bukankah asset adalah kekayaan. Bukankah yang termasuk di dalam kelompok "Asset" adalah kas, investasi2 dalam bentuk tabungan deposito, dsb maupun investasi dalam harta tetap seperti tanah dan bangunan. Jadi, semesti nya kalau ingin mencari orang dengan kekayaan dalam jumlah besar, lihat saja asset-asset nya. Tentu ini bukan masalah istilah semata, namun memang ada perbedaan yang signifikan antara individu dengan banyak asset dengan individu dengan banyak net-worth.

Demikian juga ketika banker menganalisa suatu perusahaan, mereka tidak akan terlalu terpesona dengan ungkapan debitur "asset kami meningkat sekian persen", dst. Karena peningkatan asset belum tentu memiliki pengertian positif.

Sumber Asset

Mari kita bicara sedikit tentang prinsip akuntansi. Dalam neraca, seluruh kekayaan dicatat dalam kelompok asset yang berada di sebelah kiri, dan kewajiban dan modal dicatat di sebelah kanan. Sesuai namanya, "neraca" atau balance sheet. Akuntasi menganut pencatatan dua sisi, maka kita juga harus mencatat lawan atau yang menjadi sumber penambahan dan pengurangan kekayaan tadi. Lebih jelasnya pakai contoh saja:

Misalnya Anda mendirikan sebuah unit usaha dengan modal Rp.100 ribu, maka "kas" Anda, yang termasuk dalam kelompok asset akan bertambah Rp.100 ribu. Dan, Anda juga harus mencatat lawan yg menjadi sumber dari kas tadi dalam hal ini "modal disetor" sebanyak Rp.100 ribu. Jadi kelompok asset yang berada di sebelah kiri neraca akan balance dengan kelompok liabilities yang ada di kanan neraca.

Kemudian ternyata untuk menambah modal kerja, Anda meminjam uang Rp. 500 ribu dari paman Anda, maka kini "kas" Anda bertambah 500 menjadi Rp.600 ribu. Dan jangan lupa, catat juga lawan yg menjadi sumber dari kas tadi adalah "hutang" yang ada di kelompok liabilities, sebesar Rp.500 ribu. Jadi kini total asset Anda yg ada di sebelah kiri neraca adalah Rp.600 ribu dalam bentuk kas, dan total liabilities Anda disebelah kanan adalah Rp 600 juga yaitu Rp.500 dari hutang + Rp.100 ribu dari modal disetor.

Jadi, sumber asset dalam hal ini ada dua, dari modal, atau dari hutang. Kalau ingin mengetahui jumlah kekayaan bersih (net-worth), kurangkan saja nilai asset dengan jumlah hutang. Disitulah nilai kekayaan yang sebenarnya. Jika Anda ingin mengetahui nilai saham suatu perusahaan, Anda juga bisa menggunakan cara yg sama. Net-worth dibagi jumlah lembar saham. Inilah yang disebut sebagai nilai buku saham.

Lho bukankah dalam usaha semakin tinggi asset, semakin bagus? Belum tentu. Lihat dulu dari mana sumber assetnya. Jika dari hutang, maka Anda harus analisa dulu tipe hutangnya. Kalau semua terdiri dari hutang liquid yg harus dibayar kurang dari satu tahun. Sementara asset yang bertambah adalah harta tetap yang tidak liquid, maka kondisi nya justru mengkhawatirkan. Selain itu kualitas Asset juga harus diperhatikan. Asset yang tidak likuid dan tidak marketable tentu lain dengan asset yang likuid dan mudah diperjual belikan. Apalagi kalau assetnya tidak produktif. Harusnya malah di write-off.

Sumber Net-worth

Nah, supaya lebih paham, kita juga harus menganalisa darimana datangnya net-worth? Tadi di awal kita tahu bahwa sumber nya adalah modal disetor. Tapi tidak berhenti di situ. Selama usaha berjalan, Anda seharusnya menghasilkan profit. Dalam akuntansi, profit ini tidak dicatat di neraca tapi di Laporan Rugi Laba (Profit and Loss statement). Pencatatannya adalah dari hasil penjualan, dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold), eits, sebentar, ada pembaca yg mungkin awam nih, apa pula HPP ini? Singkatnya ini adalah biaya yg Anda keluarkan untuk pengadaan barang yg Anda jual. Gampangnya lagi barang tersedia dijual dikurangi persediaan, itulah HPP Anda.

Nah penjualan dikurangi HPP ini adalah laba kotor Anda. Dikurangi biaya operasional maka akan ketemu laba bersih sebelum bunga dan pajak (earnings before interest and tax). Kurangkan lagi dengan pajak dan beban bunga, ketemu net profit. Nah mau dikemanakan profit Anda ini, misalnya Anda tidak apa-apakan keuntungan Anda dan akan dipergunakan untuk usaha lagi, maka dia menjadi laba ditahan (retained earnings). Nah, retained earnings ini lah yang baru boleh dicatat di sisi neraca, menambah posisi modal. Lawan nya di sisi asset adalah penambahan Kas. Dengan kata lain, laba ditahan memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan Net-Worth.

Jadi Apa Maknanya?

Pertumbuhan usaha memang dapat kita lihat dari pertumbuhan asset. Namun harus diperhatikan sumber pertumbuhan asset tadi. Jika sumbernya adalah hutang, maka kita harus perhatikan rasio perbandingan antara hutang dan modal. Debt to equity ratio yg terlalu tinggi memiliki risiko yg lebih besar, karena hutang mengakibatkan cash-outflow di masa mendatang, baik dalam bentuk cicilan pokok maupun bunga. Beban bunga, adalah komponen yg akan mengurangi net profit, yg pada gilirannya menurunkan nilai "net-worth". Tanpa diikuti dengan pertumbuhan pendapatan (revenue) dari operasi usaha, maka dapat diduga usaha yg mengalami "pertumbuhan asset" tadi justru akan segera menghadapi masalah.

Jadi, saran saya bagi mereka yg tergila2 dengan pertumbuhan asset, perhatikan net-worth Anda. Semoga dengan demikian Anda akan cepat masuk dalam kelompok High Net Worth Individuals. Atau sudah ya?

Brad

Nama lengkapnya Bradley J. Sugars. Panggilannya Brad. Umurnya 36 tahun, sama dengan saya. Mungkin seharusnya saya dulu di kasih nama Brad juga. Karena sepertinya yg namanya Brad kok beruntung sekali. Ada Brad Pitt yang ganteng, terkenal dan jago akting. Sekarang ada Brad Sugars, ganteng juga, terkenal, dan jago bisnis. Kemarin tanggal 2 Mei 2007 Brad yg ke-2 ini sempat mampir ke Jakarta untuk bagi-bagi ilmu bisnis dalam acara yg diberi judul "Billionaire in Training", sesuai salah satu judul bukunya. Saya bersyukur sempat menghadiri, meski gak kebagian tandatangan dan foto bareng. Tapi gak penting lah, saya toh mengagumi pemikirannya, bukan fisiknya.

Sebetulnya bagi yang pernah baca buku-buku Brad, apa yang dia sampaikan pasti tidak asing lagi. Namun, dengan gaya penuturan yang asik, mendengar Brad nya sendiri yang ngomong jadi lebih berkesan. Yang pertama, Brad mengingatkan tujuan kita semua dalam berbisnis, bahwa kita berbisnis adalah untuk: "bekerja sekali, namun mendapatkan hasil selamanya". Ini berlawanan dengan kerja sebagai karyawan, dimana kita mendapat hasil sesuai dengan kerja kita. Hal ini dapat dicapai apabila kita mampu merubah sumber income kita yg semula adalah "active income" menuju "passive income". Bagaimana caranya? Menurut Brad, untuk dapat "bekerja sekali, namun mendapatkan hasil selamanya" cara terbaik adalah dengan memiliki bisnis (selain menulis buku tentunya … hehehe, yg ini dia ucapin setengah becanda, wong dia penulis) Namun kenapa banyak business owner yang gagal? Menurut Brad mereka tidak menerapkan prinsip LEARN before you EARN. Jadi belajar lah lebih dahulu, sebelum menuai hasilnya. Caranya? Salah satu nya adalah … ya baca buku nya Brad … hehehe. Sehingga nanti nya sebagai bisnis owner kita tidak sekedar dapat MAKE the money tapi juga MANAGE the money.

Disinilah kemudian Brad memaparkan tangga entrepreneur nya yang terkenal itu: Di anak tangga paling bawah, ada pelajar dan pemagang (apprentice), mereka yang masih spend money ataupun tidak terima apa-apa untuk learning. Ketika mereka akhirnya bekerja menjadi EMPLOYEE, barulah mereka dibayar untuk belajar. Ini kalau cara berpikir mereka betul bahwa bekerja adalah sarana belajar sebelum dapat membangun bisnis sendiri. Di tangga berikutnya adalah para SELF EMPLOYEE, mereka yang akhirnya memutuskan untuk mengelola bisnis sendiri. Umumnya, pada tahap awal mereka adalah para single fighter. Mengerjakan sendiri semua hal dari produksi hingga penjualan. Akhirnya kadang mereka menjadi lebih sibuk dibanding ketika menjadi karyawan. Banyak yang akhirnya tidak tahan dan kembali menjadi karyawan. Jika cukup pandai mengelola usaha, para self employee tadi, biasanya akan bertahan dan mulai merekrut tim, sehingga mereka naik tangga menjadi MANAGER. Pada tahap ini, kadang kehidupan menjadi lebih kompleks dari sebelumnya. Karena para manager ini sering harus kerja keras untuk menggaji karyawan, bukan sebaliknya. Jika berhasil mengatasi tantangan ini, mereka bisa menciptakan system dan membayar orang lain untuk mengelola bisnis, maka mereka layak naik tangga menjadi BUSINESS OWNER. Seharusnya, pada level ini business berjalan sesuai dengan definisi bisnis menurut Brad: A commercial, profitable enterprise, that work without me. Dengan menjadi business owner, maka Anda akan menciptakan cashflow yang banyak dan stabil, apakah Anda terlibat langsung atau tidak, sehingga Anda bisa naik tingkat menjadi INVESTOR. Pada tingkat investor ini, Anda dapat melipatgandakan kekayaan dengan cara yang FUNtastic. Selanjutnya? Sabar … waktu itu saya jg tdk sabar sampai ingin berteriak …. Caraanya Braad ….!

Eh, Brad Sugars malah cerita bagaimana waktu dia kecil. Ternyata bakat bisnis Brad sudah terlihat dari umur 7 tahun. Waktu itu, dia pergi ke rumah kawan Ayahnya yang sangat kaya. Dia adalah seorang pengusaha di bidang susu sapi. Brad kecil pun bertanya:"Pak, bagaimana sih Anda bisa begitu kaya?". Kawan Ayahnya menjawab:"Nak, saya kaya bukan karena menjual SUSU, tapi menjual BISNIS SUSU". Ini merupakan moment AHA saya malam kemarin. Ya, seharusnya selama ini saya berpikir bagaimana menjual BISNIS saya, bukan produk dan jasa saya semata. That's what its all about. McD besar bukan karena jualan burger sama ayam, tapi karena jualan BISNIS burger dan ayam. Demikian juga dengan Starbuck, Kebab Turki Baba Rafli, AutoBridal, dan sebagainya. Semua menjadi besar karena menjual BISNIS. Wah, saya langsung keringetan. Brad … Brad, kok pinter amat sih kamu.

Bahkan, sebagai investor, Anda dapat membeli BISNIS, selain menciptakan dari awal. Kita dapat menerapkan prinsip Buy, Build and Sell. Dengan pengetahuan yang diperoleh selama proses LEARN sewaktu kita mendaki tangga EMPLOYEE hingga OWNER, kita akan mampu melakukan ini. Selain BISNIS, investor juga dapat melakukan investasi pada PROPERTY dan STOCK (saham). Prinsip membeli bisnis, investasi pada property maupun stock, dapat dilakukan dengan cara RETAIL, maupun WHOLESALE (dengan volume tertentu dengan harga negosiasi yang lebih baik). Misalnya investasi pada property dan stock dapat dilakukan dengan harga yang sangat fantastis, sehingga investor dapat langsung untung pada waktu pembelian dilakukan (day one).

Ada beberapa prinsip dasar yang disampaikan oleh Brad dalam membeli, membangun dan menjual bisnis. Yang pertama adalah, ketika semua orang menggali emas, jadilah orang yang menjual alat nya (pan nya). Penggali emas bisa untung dan buntung, tapi penjual pan akan untung terus. Prinsip ini contohnya berlaku ketika booming internet. Dari berbagai perusahaan teknologi yang muncul dan tenggelam, yang untung adalah para investment bankernya. Selain itu dalam memilih bisnis, kita harus memperhatikan aspek "repeat business" dan potensi pertumbuhan bisnis nya. Jangan ragu dalam penentuan pricing. Be expensive, supaya profit terjamin. Ini penting, karena salah satu aspek yg vital dalam bisnis adalah cashflow nya bukan assetnya. Jadi yang dibeli dari suatu bisnis adalah cashflow bukan assetnya semata.

Jika Anda mampu mencapai tahap INVESTOR ini, maka Anda tinggal selangkah lagi untuk mencapai puncak tangga yaitu: ENTREPRENEUR. Jika INVESTOR masih berkutat pada jual beli asset fisik. Maka ENTREPRENEUR sudah mampu bergerak dalam tataran "PAPER ASSETS". Sebagai contoh, Brad menjual lisensi franchise nya untuk kawasan London senilai jutaan poundsterling. Berapa cost nya? NOL. Paling2 ongkos ngeprint kontraknya. Disinilah dahsyatnya ENTERPRENEUR sejati. Mereka bekerja dengan kertas untuk menghasilkan uang dalam jumlah yang luar biasa besar. Tandatangan sana, tandatangan sini, dan rekening bertambah. Hebat bukan? Anda mau? Pasti Anda juga bisa.(fr)