Senin 27 Oktober
Jam 14.00 siang. "Kita berhasil nih Fred!" Sudargo tertawa terbahak2 dibalik meja besarnya. "Bos besar kasih 50 juta dolar lewat sindikasi 5 bank. Biar gak BMPK!". Dihisapnya cerutu besarnya sambil menatap Fredy tajam2. "Kayanya mereka2 baru dapet dana likuiditas dari BI. Jadi Selamet nih perusahaan kita!". Sudargo tertawa lagi sambil menghembuskan asap cerutu. Fredy masih terdiam sedikit bingung. Sejujurnya dia muak dengan lelaki di depannya, di otaknya masih menggantung segudang masalah keuangan perusahaannya akibat ulah Sudargo selama ini. "Lu jangan bengong gitu! Legalitas udah beres. Pengikatan notariil diberesin tadi pagi. Bank kita jadi Lead Arranger jadi gampang. Lu siapin aja escrow account di Bank kita. Notice of drowdown juga udah gue teken sekalian tadi pagi. Lusa dana keluar." Sudargo nyrocos tanpa henti. "Kamis gue mau langsung TT in ke rekening kita di singapur aja lah." Fredy mengangguk pelan. "Sono Lu kerjain. Jangan lupa bawa specimen tandatangan gw. Cuma gue yang boleh keluarin duit!" Fredy berdiri dan keluar dari ruangan Sudargo.
Selasa 28 Oktober
Jam 09.00 pagi. Fredy baru menyalakan komputernya. Ruangan di kantor nya di kawasan bergengsi itu selalu rapi. Sebagai MBA alumni perguruan tinggi terkenal di Australia, di usia nya yang ke 32 tahun dia cukup beruntung sudah menduduki posisi Manager keuangan di perusahaan properti ternama, milik group usaha ternama, yang bahkan memiliki Bank yang cukup disegani. Meskipun lebih muda dari dirinya, Sudargo yang juga keponakan owner group usaha itu adalah direktur dan atasan langsungnya. Fredy teringat pagi itu dia harus segera ke Bank menyerahkan spesimen tandatangan dan copy identitas Sudargo. Fredy bergegas memanggil sekretarisnya untuk menyiapkan berkas2 perusahaan, dan langsung meluncur ke Bank.
Rabu 29 Oktober
Jam 21.30. Fredy baru memarkir mobilnya di garasi rumahnya di daerah Bekasi. Komplek perumahan yang ditempatinya dikembangkan oleh perusahaan tempat dia bekerja. Sebetulnya ini adalah rumah stock perusahannya yang tidak laku dan akhirnya dijual paksa ke para manager dengan memotong gaji. Fredy tinggal sendirian. Hanya ada pembantu yang pulang hari untuk bebersih. Baru 2 tahun Fredy tinggal di Jakarta. Setamat kuliah, dia sempat tinggal di Singapura untuk mendirikan perusahaan IT kecil-kecilan bersama paman nya, AsiaTech Solutions. Sayang pamannya sudah meninggal, sehingga Fredy memilih kembali ke Jakarta. Fredy hendak mengunci gerbang rumahnya, ketika Udin satpam perumahan lewat dengan sepeda nya. "Malem bos. Lembur terus nih. Eh, KTP Bekasi bos yg kemaren saya titipin ke Bibi udah keterima?". "Udah Din. Makasih" Jawab Fredy tersenyum. "Saya yang makasih Bos. Tips nya lumayan." Si Uding nyengir "Eh, saya juga baru tau nama bos aslinya Sudargo".
Kamis 30 Oktober
Jam 10.30 pagi. Fredy baru tiba di ruang kerjanya setelah menyelesaikan urusan pribadi di biro perjalanan langganan. Suasana kantor terlihat aneh. Karyawan bergerombol dan saling berbisik. Sekretaris nya tampak panik. Tiba2 sekretarisnya masuk tanpa permisi. "Pak kata sekretaris nya Pak Sudargo tidak bisa dihubungi, Hape nya tidak aktif! Kata sopirnya di rumahnya juga tidak ada Pak! Kata pembantu nya Tadi malam beliau pergi tiba-tiba" Fredy hanya tersenyum santai, "Oh, mungkin ada keperluan penting sama Bos besar" SMS masuk, nomor tidak dikenal, bunyinya "Fred, ada masalah penting, saya dan bos besar keluar negeri, tahan dulu semua transaksi - S". Fredy terdiam.
Jumat 31 Oktober
Jam 09.30 pagi. Bank itu terlihat sibuk seperti biasa. Fredy menyerahkan PO pengambilan rekening dollar dan instruksi transfer ke teller. "TT ya Pak, ke Singapura?. Mmm .. saya cek dulu ya Pak" Fredy mengangguk. Teller melakukan pemeriksaan rekening dan spesimen tandatangan. "OK Pak, dijalankan hari ini ya? O ya ini nama penerimanya AsiaTech Solutions ya pak? Nomor rekening sudah betul Pak?". Fredy mengangguk.
Sabtu 1 November
Jam 17.00 sore. Fredy duduk santai di apartemen nya di Orange Regency, Singapura. Dibuka laptopnya, dial-up, segera tersambung ke internet. Dilihatnya Berita.com. Berita pertama, pemerintah membekukan 16 Bank. Bank milik Bos besar nampak dalam daftar. Berita selanjutnya, bos-bos konglomerat diberitakan kabur ke luar negeri. Nama bos besar dan Sudargo, ada dalam daftar. Ditulisnya email ke kekasihnya yang tinggal di Perancis "Jemput aku Selasa pagi 4 November di Charles de Gaule airport. Kita akan menikah di Swiss".(fr)
No comments:
Post a Comment