Monday, February 05, 2007

Sabar

Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “ sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali“. -- Q.S. Al-Baqarah: 155-156.

Musibah adalah sesuatu yang tidak kita senangi, namun terjadi. Padam nya lampu, mobil mogok, handphone hilang, kena PHK, hingga banjir yang kini melanda Jakarta adalah musibah dalam berbagai derajatnya. Kita tidak senang hal ini terjadi, namun terjadi. Mengapa kita tidak senang atas peristiwa yang menimpa kita? Karena kita belum tahu peristiwa lengkap yang akan menimpa kita selanjutnya.

Salah seorang teman saya pernah mengalami musibah yang sangat menyedihkan hati nya. Ia kena PHK. Hari itu, bagi nya dunia seperti berakhir. Makan apa aku besok? Apa kata istriku nanti? Apa kata mertua nanti? Begitu keluhnya waktu itu. Hari itu, ia merasa mendapat musibah diluar kemampuan yang sanggup ia terima. Beberapa minggu berlalu, teman saya memutuskan menjadi wirausaha. Dan dalam hitungan bulan dia berhasil memiliki pendapatan yang jauh diatas gaji nya dulu. Maka hari ini, ia menganggap peristiwa PHK dahulu bukanlah musibah, namun adalah pintu bagi nya untuk masuk ke dunia wirausaha. Jalan bagi nya untuk lebih sukses lagi. Jawaban Tuhan atas doa2 nya.

Orang-orang yang sabar akan berhenti memberi label apakah peristiwa yang sedang ia alami adalah peristiwa baik atau peristiwa buruk. Batin nya diliputi rasa percaya yang mendalam terhadap rahmat dan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa. Apakah ini anugerah atau bencana? Ia tidak tahu. Ia tidak peduli dengan label nya. Ia hanya percaya, Tuhan maha mengatur segala sesuatu nya. Batin nya pasrah kepada ketentuan Tuhan nya.

Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang telah diatur Yang Maha Kuasa. Apa yang hari ini kita sebut sebagai bencana, seringkali di masa depan baru terungkap, ternyata adalah jalan menuju kebaikan. Maka orang-orang sabar berhenti untuk mengutuk nasibnya. Mereka mengalir dalam hidupnya. Karena mereka tahu, siapalah kita ini berhak menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti.

“And in our willingness to step into the unknown, the field of all possibilities, we surrender ourselves to the creative mind that orchestrates the dance of the universe.” – Deepak Chopra.

Hari-hari ini, teman-teman dan saudara-saudara saya yang berada di Jakarta mengalami peristiwa banjir yang luar biasa. Saya percaya mereka adalah orang-orang yang sabar, yang sama seperti saya, yakin bahwa Tuhan telah mengatur ini semua untuk suatu kebaikan.(FR)

1 comment:

ROFIUL said...

Sesungguhnya iman itu terdiri atas dua bagian: sebagian sabar dan sebagian syukur.

Mudah sekali dikatakan ya. Tetapi, begitu kita menghadapi kejadian demi kejadian yang tidak menyenangkan, himpitan tekanan dunia kerja, ketidakadilan pimpinan kita, sifat masabodoh teman kerja kita, acuh tak acuk akan kesulitan kita, dan tidak mau membantu pada kita, mengomentari hal-hal yang buruk, dll, kadang kata-kata tadi sejenak menghilang diingatan.
Yah, Ingin rasanya q miliki kesabaran dan keikhlasan yang sungguh besar, meneladani Nabi Muhammad SAW. Tapi, Aku manusia biasa. Kadang, kesabaran hilang dengan sendirinya. Kadang ia hadir dengan begitu teguhnya.
Yap, Setelah membaca Catatan Saudara Fauzi Rachmanto, rasa kesadaran untuk tetap sabar, sabar, sabar, dan bersabar dalam menghadapi liku-liku kehidupan ini semakin meningkat.
Semoga seiring waktu yang berjalan, kedewasaan yang terus berkembang, dan kesadaran akan hakikat hidup yang mulai menampakkan kuncupnya, kesabaran akan semakin kokoh dalam hidupku.
Aku yakin Allah SWT punya rencana khusus untukku. Dengan keyakinan ini aku tetap bertahan hidup.