Tuesday, September 19, 2006

FEAR















"Fear is the path to the Dark Side. Fear leads to anger, anger leads to hate; hate leads to suffering. I sense much fear in you." (Yoda)

Kalimat di atas adalah kata-kata Master Yoda ke Anakin Skywalker, seorang cantrik Jedi (Padawan) yg udah ngebet jadi master Jedi. Dalam epik Star Wars, dikisahkan akhirnya Anakin, yang sejatinya adalah Jedi paling berbakat yg pernah ada, benar2 terjebak pada ketakutan2 nya sendiri. Ketidak sanggupan Anakin menguasai rasa takut nya akan kehilangan orang yang dicintainya, yang kemudian menggelincirkan Anakin untuk mendalami dark-side of the force, dan menjelmakan Anakin menjadi sosok paling kejam seantero galaksi: Darth Vader.

Ketakutan atau FEAR sering diplesetkan secara tepat menjadi False Evidence Appearing Real. Berawal dari asumsi2 subyektif, seseorang kadang menafsirkan fakta2 obyektif menjadi ketakutan yang seringkali sesungguhnya tidak atau belum terbukti. Pangkal mulanya adalah rasa keterikatan yang demikian kuat kepada obyek2 duniawi yang sudah pasti fana. Entah itu jabatan, kekayaan, atau orang yang disayang. Keterikatan (attachment) tadi akan memunculkan ketakutan kehilangan, atau bahkan sekedar ketakutan akan perubahan. Akhirnya, pikiran kita (yang sesungguhnya alat bantu kita untuk memahami realitas), justru memunculkan bayangan2 kegelisahan sekalipun tidak ada referensi obyektifnya.

Seorang karyawan yang takut kehilangan posisi nya akan menaruh kecurigaan bahwa rekan2 nya, bahkan boss nya, melakukan office-politics, dan posisi nya selalu terancam. Akhirnya, pikiran nya terganggu dengan ketakutan2, ancaman2 yang datang dari dalam pikiran nya, dan tidak lagi fokus pada kerjaan. Dan manakala sang boss atau rekan menegor untuk mengingatkan, ketakutan2 tadi langsung mendapat justifikasi, dan makin kuat: tuh kan mereka gak suka saya. Saya dulu pernah memiliki teman yang demikian, dan akhirnya dilanda paranoid yg berlebihan, bahwa orang2 sedang membicarakan dia, bahwa dia dibenci, tidak disukai, dsb. Contoh lain adalah kisah tragis seorang ibu di Bandung baru2 ini yang tega membunuh tiga anaknya, karena dihantui ketakutan akan masa depan yang suram.

FEAR juga menjangkiti pergaulan antar negara. Masih ingat perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet? Masing2 kubu ketakutan dengan keunggulan senjata dan "potensi ancaman" pihak lain. Dimulailah permainan konyol yang super mahal dan tidak masuk akal. Jika US kira2 punya 10,000 hulu ledak nuklir, maka AS harus punya 15,000, dst. Walhasil kini mereka masing2 punya lebih dari 30,000 hulu ledak nuklir! Padahal dengan 6 ledakan nuclear saja, diperkirakan bumi akan diselimuti awan ledakan dan memasuki skenario musim dingin nuklir yg akan membekukan seluruh kehidupan di muka bumi.

Manusia memang aneh. Seakan tidak punya alasan hidup jika tidak dilanda FEAR. Manakala sumber FEAR menghilang, kita ciptakan FEAR baru. Ketakutan kehilangan jabatan berhasil dihilangkan, muncul ketakutan kehilangan kekayaan, ketakutan kehilangan teman, anak, istri, suami, dst. Komunisme runtuh pun, pemimpin AS perlu mendefinisikan ketakutan baru: Islamic Terrorism, Islamic Extrimist, dst.

FEAR sesungguhnya dapat diredakan dengan sikap "let go". Kata Master Yoda: "Train yourself to let go of everything you fear to lose." Sikap batin yang pasrah bahwa kehidupan kita diatur dengan sempurna oleh Yang Maha Sempurna. Dengan demikian kita tidak akan merasa super istimewa ketika di titipi kelebihan, dan tidak akan pernah takut manakala titipan tadi diambil kembali oleh pemiliknya. (fr)

No comments: