Saturday, March 10, 2007

Rudy

Indonesia dipastikan tidak akan memperoleh gelar pada turnamen bulu-tangkis paling bergengsi All England 2007. Sudah empat tahun berturut-turut pahlawan-pahlawan bulu tangkis Indonesia belum berhasil membawa pulang gelar dari All England.

Saya jadi teringat masa-masa kecil saya dulu. Waktu itu All England merupakan event yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia. Sekarang mungkin bahkan banyak orang Indonesia yg tidak tahu ketika All England berlangsung. Prestasi pahlawan-pahlawan bulutangkis seperti Rudy Hartono, Liem Swie King, Iie Sumirat, dkk betul-betul sangat membanggakan. Apalagi jika Rudy Hartono yang main, seakan aktivitas seluruh negeri terhenti untuk mengikuti jalannya pertandingan. Seluruh perhatian, emosi, harapan dan doa tertumpah pada perjuangan seorang Rudy.

Padahal pada masa itu televisi belumlah sepopuler sekarang. Saya dan keluarga sempat mengalami masa-masa ketika pertandingan bulutangkis hanya bisa diikuti melalui radio. Ya, jadi bukan menyaksikan pertandingan tapi mendengarkan pertandingan. Disitulah “ciamik” nya penyiar olahraga RRI waktu itu. Kita mendengarkan pertandingan dengan imajinasi. Betul2 terasa hidup, seakan kita ikut menyaksikan perjuangan Rudy dkk. Pada saat itu kami sekeluarga akan berkumpul mengerumuni radio bersama2, dengan ketegangan, teriakan, deru nafas dan degup jantung yang sama. Betul-betul suasana kebersamaan yang luar biasa.

Rudy sendiri menjadi juara All England sebanyak 8 kali, 7 kali diantaranya berturut-turut, sebelum dominasinya di dunia bulutangkis diserahkan kepada pahlawan Indonesia yang lain, Liem Swie King. Tidak dapat disangkal, Rudy adalah pemain bulutangkis terbesar sepanjang jaman. Majalah TIME bahkan sampai menobatkan Rudy sebagai “Asian Hero”, betul-betul pengakuan yang layak. Dan jika kita ingin sukses seperti Rudy, mungkin ada baiknya kita belajar dari kunci keberhasilan seorang Rudy Hartono.

Saya pernah membaca bahwa ketika ditanya kunci keberhasilannya. Rudi menjawab singkat: “berdoa”. Lho kalau cuma berdoa, bukankah kita semua berdoa. Ternyata menurut Rudy, dia berdoa tidak hanya sebelum bertanding tetapi juga selama bertanding, sehingga akan membangkitkan percaya diri dalam hati dan pikiran.

Selain berdoa, Rudy juga setiap saat mengucapkan rasa syukur. Ini tidak hanya ketika Rudy memenangkan pertandingan. Bahkan untuk setiap poin yang ia peroleh selama bertanding, ia ucapkan: “Terima kasih Tuhan untuk poin ini.” Dan ini akan terus ia ucapkan hingga skor terakhir dan pertandingan berakhir. Rudy percaya penuh bahwa manusia berusaha namun Tuhan yang memutuskan.

Ternyata seorang juara sejati tidak pernah putus berdoa dan bersyukur. Saya yakin ini yang membuat Rudy sangat tegar dan persisten dalam setiap pertandingan. Saya teringat betul, dalam tekanan hebat melawan musuh2 bebuyutannya seperti Svend Pri atau Prakash Padukone, Rudy tetap tenang dan yakin. Mungkinkah itu yang mulai hilang dari diri kita?

Lantas, dalam “pertandingan” kehidupan kita sehari-hari entah itu dalam bisnis atau pekerjaan kita, sudah kah kita juga percaya apa yang dikatakan Rudy?

3 comments:

.. said...

lagi lagi tentang kekuatan doa ya.

apa taufik hidayat sudah lupa berdoa?
mungkin harus diingetin kali. btw, dulu gak kedengeran kabar ya kalo rudi hartono itu lagi pacaran sama siapa, putus nyambung, terus kawin sama siapa. taunya cuma juara dunia 8 kali aja.

sekarang kok informatif amat ya, bisa tau taufik pacaran sama ini, putus sama anu, punya anak dari ini, kawin sama anak jendral anu, digugat sama si itu, ribut sama PBSI, bla bla bla.. jarang denger kabar Taufik juara lagi, termasuk yang lain, apalagi yg perempuan.

Bisa jadi, kita lebih suka denger berita bahwa Taufik punya anak diluar nikah, dari pada denger Rudi berhasil lagi karena doa. Susah juga kan?

Jangan jangan kita sudah terlalu sinis untuk mendengar keberhasilan orang, karena mungkin membuat hati jadi merasa bersalah dan tampak gak berhasil. Dan lebih suka mendengar kabar gosip, karena kita langsung bisa berkata 'tuh kan, cuman segitu aja.. mendingan gue dong', atau pura pura kasian.

Fauzi Rachmanto said...

Setuju banget Bang, waktu Rudy dinobatkan sbg Asian Hero dr Time Magazine kita aja cuek, padahal posisinya sejajar sama Mahatma Gandhi, Akio Morita, Muhammad Yunus, Mother Theressa, dsb. Termasuk Faroukh Bulsara (alias Freddy Mercury -- hehehe ternyata dianggep orang Asia, bangga deh!). Orang Indo yg masuk cuma Rudy sama Bung Hatta. Hebat kan, tapi gak ada yg gossipin. Makanya Bang, udah gak usah baca tabloid gosip lagi :-)

lecep said...

eh btw, kemaren Cek&Ricek gue ketinggalan di mobil ya? :D